Cerita Lengkap KKN di Desa Penari Versi Nur 

Hal ini membuat Nur semakin curiga, selain hal-hal umum, hanya Wahyu katingnya yang selalu menimpali ucapan pak Prabu dengan candaan, membuat tawa mereka pecah. Semua terasa alami, seperti KKN yang Nur bayangkan. Sampai akhirnya, mereka berhenti di sebuah tempat yang membuat Nur tidak nyaman. Yaitu sebuah pemakaman, di samping kanan kirinya banyak pohon beringin besar.

Selain itu, pemandangan di pemakaman itu juga terkesan sangat aneh. Setiap batu nisan ditutupi dengan kain hitam, membuat Nur dan semua orang merasa penasaran, apa alasanya?

Nur merasakan angin seperti mengelilinginya ia tahu ada yang tidak beres dengan tempat ini. Seakan-akan, tempat ini sudah menolak keberadaannya. Ada satu hal yang membuat Nur semakin curiga kepada pak Prabu, dimana tiba-tiba ia teringat oleh kalimat Wahyu.

Kemudian beliau melontarkan ucapan yang bernada mengancam seakan-akan, pak Prabu menjaga sesuatu yang sakral di tempat itu. Pak Prabu melarang mereka melewati sebuah gerbang atau gapura yang berada di tengah hutan. Jika mereka melanggarnya maka akan terjadi sesuatu pada mereka. Apa yang pak Prabu sebenarnya sembunyikan?

Untungnya, Bima langsung menengahi kejadian itu membuat pak Prabu kembali menjadi pak Prabu yang sebelumnya. Namun, Nur, seakan tahu ia tidak sanggup lagi mengikuti kegiatan keliling desa ini. Kemudian ia izin pamit untuk kembali ke penginapan dan pak Prabu mengizinkanya.

Bima menawarkan diri untuk mengantar Nur. Sementara semua anak melanjutkan perjalanan mereka bersama pak Prabu. Nur dan Bima, berjalan kembali ke area rumah tempat mereka menginap.

“onok opo Nur? setan maneh?” (ada apa Nur? hantu lagi?)

Dari semua anak, memang tidak ada yang lebih mengenal Nur daripada si Bima temanya saat mondok dulu. Nur hanya menjawab seadanya, mungkin kesehatanya telah menurun, namun Bima tahu Nur berbohong.

“nang kuburan mau, rame ya” (di pemakaman tadi, rame ya)

- Iklan -

Ucapan Bima tidak di gubris sama sekali oleh Nur, membuat Bima akhirnya menyerah. Di tengah perjalanan pulang, tiba-tiba Bima menanyakan sesuatu yang membuat Nur curiga pada Bima.

“Nur, aku takok. Widya wes nduwe pacar rung?”

(Nur aku tanya, Widya itu sudah punya pacar apa belum sih?)

“piye?” (gimana?) tanya Nur lagi.

“kancamu” (temanmu) “Widya loh, wes onok pacar opo durung?” (Widya itu loh, sudah punya pacar apa belum?)

“takono dewe ae yo” (tanyakan sendiri saja ya) Nur tahu, Bima suka kepada Widya.

Nur yang menghabiskan siangnya di dalam kamar, terbangun ketika Ayu memanggilnya. Semua anak sudah berkumplul, dan Ayu menunjukkan proposal proker mana saja yang sudah di setujui pak Prabu. Ayu, membagi menjadi 3 kelompok. Diantaranya dibagi menjadi Widya dengan Wahyu, Nur dengan Anton, sementara Bima dengan Ayu.

Semua anak sepakat, tidak ada yang memberi komentar banyak mengingat, Ayu yang paling berjasa sehingga bisa mendapatkan tempat KKN tanpa campur tangan pihak kampus. Lusa, adalah awal dari pelaksanaan proker mereka.

Sore telah tiba, ketika Nur baru saja selesai merapikan barangnya untuk persiapan proker kelompok, Widya masuk ke kamar.

“Nur, ados yok” (Nur, mandi yuk) ajak Widya.

“nang ndi?” (dimana?) tanya Nur.

“nang Bilik sebelah kali, cidek Sinden kui loh, eroh kan awakmu, kolam cilik” (di bilik sebelahnya sungai, ada sebuah bilik kecil, tahu kan, yang bangunanya kaya kolam itu loh) jelas Widya.

Nur tidak menjawab, namun setelah memikirkan bahwa ia belum mandi sejak pertama kali datang kesini, ia pun setuju. Dengan syarat, Nur menjadi yang pertama mandi.

Saat melewati sebuah mata air bernama Sinden, Nur sudah merasakan perasaan tidak nyaman. Sinden itu terdiri dari anak tangga yang di susun dengan batu bata merah, tampaknya bangunanya sudah sangat tua namun ada air jernih di dalamnya. Nur tidak pernah melihat ada yang menggunakan air itu.

Perhatian Nur tertuju pada bentuknya yang menyerupai candi kecil di belakangnya. Di pelataran candi terdapat sesajen menjadi hal yang sudah lumrah di tempat ini. Nur tidak melihat adanya gangguan saat ia mengamati Sinden itu.

Saat masuk, Nur langsung mencium aroma amis seperti aroma daging busuk, namun Nur mencoba memahami. Mengingat bilinya sendiri tidak terlihat seperti kamar mandi yang bersih, lantainya dari tanah, dan kiri-kanannya di penuhi lumut jadi Nur mencoba memakluminya.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU