Ia pun dengan segera membasuh badanya dengan air di dalam kendi, namun ada perasaan aneh ketika air membilas badanya. Seperti terdapat benda kecil yang mengganjal saat bersentuhan dengan kulit Nur. Ketika diperhatikan, ternyata yang ada di dalam kendi air itu penuh dengan rambut.
Nur kaget, ia pun istighfar terus menerus, sembari ia melangkah mundur. Ia mencoba memanggil Widya. namun anehnya tidak ada jawaban apapun dari Widya. Nur yang berselimut handuk, mencoba membuka pintu bilik, namun anehnya pintu itu seperti di tahan oleh orang yang ada di luar.
“Wid, bukak!! Wid bukak” teriak Nur, sembari menggedor pintu yang terbuat dari anyaman bambu.
Namun, tetap tidak ada jawaban apapun dari Widya. Hingga Nur menyadari di belakangnya ada sosok Hitam itu besar sekali, sampai menyentuh langit bilik.
Nur pun memejamkan mata rapat-rapat dan pertama ia lakukan adalah istighfar. Sembari tanganya mencari batu di tanah bilik, ketika tanganya berhasil meraih sebuah batu, Nur melemparkan batu itu. Sembari mengucap doa yang di ajarkan gurunya bila bertemu lelembut sosok pun itu lenyap.
Butuh waktu untuk Nur menenangkan diri, ia tahu, ia sudah di incar. Namun kenapa ia di incar, ia merasa tidak melakukan apapun di tempat itu. Bahkan jika karena ia secara tidak sengaja melihat makhluk itu, seharunya bukan hanya Nur saja yang sial, tapi makhluk itu juga sial.
Tiba-tiba pintu pun terbuka, dimana Widya melihat Nur dengan ekspresi ganjil.
“lapo Wid?” (kenapa Wid?)
“He?” “gak popo” ucap Widya saat itu.
“wes ndang adus, ben aku sak iki seng jogo, cepetan yo, wes peteng” (ayo mandi, biar aku yang jaga, cepat ya, sudah mau malam)
Awalnya Widya tampak ragu,ia seperti mau mengurungkan niatnya untuk mandi. Tidak hanya itu, Widya seperti mau mengatakan sesuatu kepada Nur namun kemudian mengurungkanya, ia kemudian menutup pintu.
Ketika Nur, berjaga di luar, ia sayup-mendengar suara orang berkidung (menyanyi dalam bahasa Jawa). Merasa penasaran, Nur mulai mencari sumber suara dan berakhir pada gemah dari dalam Bilik. Nur pun takut hal buruk terjadi, Nur mencoba memanggil Widya menyuruhnya agar ia segera menyelesaikan mandinya. Namun Widya tidak menjawab teriakanya suara kidung itu, terdengar semakin jelas.
Dari samping bilik, Nur menemukan semak belukar ia mencoba melempar batu darisana. Namun, ia kaget saat tahu dibelakang bilik ada sesaji lengkap dengan bau kemenyan yang di bakar. Nur mencoba mengabaikanya dan tetap berusaha memanggil sahabatnya. Sampai ia menemukan sebuah celah untuk melihat ke dalam.
Nur melihatnya, namun yang ia lihat bukan Widya melainkan sosok wanita cantik yang diketahui ia adalah penari yang pertama ia lihat saat masuk desa tersebut. Dari situ, keanehan pun terus terjadi.
Nur mulai merasakan teror yang menyerangnya. Disusul dengan teman-temannya. Di tambah dengan Bima dan Ayu yang melanggar peraturan dari pak Prabu. Mereka melewati gerbang di tengah hutan yang dilarang.
Kemudian di ketahui Nur memiliki kodam (makhluk halus yang menjaganya sejak kecil). Dia tahu ada yang melanggar peraturan. Kemudian telah diketahui bahwa Bima dan Ayu pelakuknya.
Bima kemudian harus membuat perjanjian dengan Badarawuhi untuk membantunya memikat Widya. Syaratnya, Bima harus mengawini Badarawuhi tersebut
“Bima harus mengawini Badarawuhi, anaknya itu berwujud ular, sekali melahirkan, bisa lahir ribuan ekor ular,” kata Mbah Buyut pada Widya.
“salah temanmu sendiri, jadi sekarang mereka harus tanggung jawab,” sambungnya.
Sebelum Bima menghembuskan nafas terakhirnya, Widya dan Nur meminta kepada Mbah Buyut untuk membiarkan Bima dan Ayu berada di Desa Penari agar mereka berdua bisa diselamatkan dari Badarawuhi itu.
Namun, pihak dari keluarga Bima dan Ayu tidak ingin mereka berdua berada di Desa Penari tersebut dan tetap membawa mereka pulang ke rumahnya masing-masing untuk meminta bantuan dari pihak medis.
Hingga pada akhirnya Bima menghembuskan nafasnya setelah tiga hari pulang dari desa tersebut. Disusul Ayu yang meninggal 3 bulan kemudian. Diceritakan sukma mereka masih tertinggal di sana. Arwah Ayu pun dikisahkan masih harus terus menari untuk menebus kesalahannya.
Demikian tadi ulasan mengenai cerita lengkap KKN di Desa Penari versi Nur. cerita kkn di desa penari versi nur. Semoga bermanfaat!