Cerita Rakyat Sulawesi Selatan: La Sallomo

La Sallomo. Pada suatu masa, tersiar kabar bahwa Addatuang Sidenreng akan menggelar sebuah pesta perkawinan yang megah. Berita ini menyebar ke segala penjuru, termasuk ke Kerajaan Bone. Di Bone, terdengar bahwa perayaan besar sedang direncanakan di Sidenreng, namun rupanya ada pihak-pihak tertentu yang berniat menggagalkan acara tersebut dengan tipu muslihat.

Suatu hari, Raja Bone mengutus seorang pesuruh terpercaya yang bergelar pakke. Tugasnya adalah membawa sebuah pesan sekaligus hadiah untuk Addatuang Sidenreng. Hadiah itu berupa seekor burung gereja kecil.

Ketika pakke tiba di Sidenreng, ia dihadapkan kepada Addatuang dan berkata, “Konon, Addatuang Sidenreng akan menggelar pesta perkawinan. Oleh karena itu, Raja Bone menitahkan hamba membawa lauk pauk untuk hidangan pesta. Namun, Raja Bone mengajukan syarat: makanan untuk pesta itu harus hanya dari burung gereja ini. Jika makanan lain ditambahkan, maka Raja Bone akan menyerang Sidenreng.”

Mendengar permintaan ini, kegelisahan melanda para petinggi Sidenreng. Bagaimana mungkin seekor burung gereja kecil bisa mencukupi hidangan untuk pesta besar? Bahkan tujuh ekor kerbau yang disembelih dalam semalam saja sering kali masih kurang! Di tengah kebingungan itu, seorang cendekiawan bernama La Sallomo—yang dikenal bijaksana dan sering mendapatkan ilham dari Dewata—dipanggil untuk memberikan nasihat.

Addatuang berkata, “Sallomo, apa yang harus kita lakukan? Seekor burung gereja kecil ini bisa membawa kehancuran jika kita tak memenuhi syarat yang diajukan Raja Bone.”

La Sallomo dengan tenang menjawab, “Dimanakah pesuruh itu sekarang, Puang?”

Baca Juga:  Kumpulan Cerita Dongeng untuk Anak Sebelum Tidur

“Dia ada di pekarangan,” jawab Addatuang.

“Kalau begitu, biarkan aku berbicara dengannya,” ujar La Sallomo sambil meminta agar pakke dipanggil kembali.

Ketika pakke tiba, La Sallomo menyerahkan sebuah jarum kecil kepadanya dan berkata, “Pesta perkawinan Addatuang akan berlangsung tujuh hari lagi. Namun, Addatuang meminta kepada Tuanku Raja Bone agar menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk mengolah burung gereja ini. Kapak untuk memotong tulangnya, serta parang dan pisau untuk mencencang dan mengiris dagingnya, semuanya harus dibuat dari jarum ini. Jika alat-alat itu tidak sampai kepada kami dalam tiga hari, maka pesta akan tetap dilangsungkan tanpa syarat yang diajukan.”

Pakke kembali ke Bone dengan pesan itu. Namun, sampai batas waktu yang ditentukan, tidak ada satu pun utusan dari Bone yang datang. Tak mampu memenuhi permintaan La Sallomo, Raja Bone pun mengurungkan niatnya untuk menggagalkan pesta.

Akhirnya, pesta perkawinan Addatuang Sidenreng berlangsung dengan meriah. Berkat kecerdikan La Sallomo, Sidenreng terhindar dari ancaman dan tipu daya Bone. Nama La Sallomo dikenang sebagai seorang bijaksana yang mampu menjawab tantangan dengan kecerdasan dan ketenangan hati.

Beberapa waktu setelah pesta perkawinan Addatuang Sidenreng usai dengan penuh kemeriahan, kembali datang utusan dari Raja Bone ke Sidenreng. Kali ini, utusan tersebut membawa permintaan aneh: Raja Bone meminta agar Sidenreng menyediakan empat puluh ekor ayam yang sama bulunya dan sama bunyinya. Jika tidak dapat memenuhi permintaan tersebut, maka Raja Bone mengancam akan menyerang Sidenreng dengan pasukannya yang besar.

Baca Juga:  Kumpulan Cerita Dongeng untuk Anak Sebelum Tidur

Permintaan ini membuat masyarakat Sidenreng gelisah. Mereka mencoba mengumpulkan ayam-ayam dengan bulu putih serupa, namun tidak ada dua ekor pun yang memiliki suara persis sama. Kebingungan dan ketakutan menyelimuti seluruh negeri. Dalam situasi tersebut, Addatuang memanggil La Sallomo, cendekiawan yang selalu hadir dengan solusi cerdas.

“La Sallomo,” ujar Addatuang, “utusan Bone kembali membawa perintah. Mereka meminta empat puluh ayam yang sama bulu dan bunyinya. Jika kita tidak memenuhinya, mereka akan menyerang kita. Apa yang harus kita lakukan?”

Dengan tenang, La Sallomo menjawab, “Jika itu saja permintaan mereka, maka masalah ini mudah diselesaikan, Puang.”

Addatuang menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada La Sallomo, dan La Sallomo segera memerintahkan orang-orang Sidenreng untuk mengumpulkan empat puluh ekor anak ayam yang belum memiliki induk. Anak-anak ayam itu kemudian diserahkan kepada utusan Bone.

Ketika anak-anak ayam tersebut dibawa ke hadapan Raja Bone dan dilepaskan, mereka tampak sama bulunya dan sama bunyinya. Tidak ada yang dapat membedakan mana jantan, mana betina, atau bahkan satu dari yang lain, karena mereka masih terlalu muda dan belum memiliki ciri khas. Dengan demikian, permintaan Raja Bone terpenuhi tanpa cela.

Namun, tak lama berselang, datang lagi permintaan dari Raja Bone. Kali ini, ia meminta agar dibuatkan tali dari debu. Mendengar permintaan yang mustahil ini, Addatuang kembali memanggil La Sallomo.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU

TERPOPULER