Beberapa bulan kemudian…
Naya bermimpi bertemu sahabatnya yang bernama Rio. Mimpinya itu membuat pandangannya berubah. Ada benarnya juga perkataan Rio kala itu. Rio berkata bahwa Naya memiliki kedua orang tua yang masih hidup.
Berbeda dengan Rio yang sudah yatim piatu sejak umur 8 tahun. Sekarang tinggal bersama bibinya. Rio juga bercerita tentang bagaimana rasanya tidak bisa lagi meminta dibuatkan susu oleh ibunya, tidak bisa mendapat pelukan hangat dari bapaknya.
“Bapak ibuku enggak selamat dari kecelakaan. Sedangkan kamu, selamat. Dan kamu harus bersyukur, Nay. Kalau misalnya enggak selamat, orang tuamu pasti sangat sedih. Sama seperti yang aku rasakan, yaitu kehilangan.”
“Saat tidak ada yang menyemangatiku, aku sendiri yang harus melakukannya. Pada akhirnya, orang-orang yang kusayang akan pergi. Aku berjuang untuk diriku sendiri.
Sedangkan kamu sudah diperjuangkan oleh ayah ibumu, tapi masih kurang karena kamu sendiri belum berjuang untuk dirimu. Aku tau kamu bimbang dengan perasaan sendiri, hati mulai menerima tapi otak berkata tidak.
Pakailah hatimu, terimalah apa yang sudah terjadi. Bertahanlah! Jadilah sukses, aku harap kamu kuat dengan takdir ini. Pasti ada hikmah dibalik cobaan.” Itulah kalimat yang dilontarkan Rio kepada Naya dimimpi.
Naya pernah membaca sebuah hadist,
“Allah telah menulis takdir seluruh makhluk sebelum Allah menciptakan langit dan bumi selama 50.000 tahun.” HR. Muslim. Hadist tersebut membuatnya sadar kalau bersedih itu harus secukupnya, ini sudah jadi takdirnya sejak dahulu kala.
Ia masih memiliki ayah dan ibu yang sudah menyayanginya sebelum Naya lahir ke dunia. Buat apa merasa sendirian, buat apa merasa malu dengan kondisinya sekarang. Naya memiliki keluarga hebat. Ia harus bertahan akan hidupnya sekarang.
***
3 tahun kemudian…
Ibu sudah tidak bekerja di kantor. Ia mengurus Naya sambil usaha kue kering. Ayah pun meminta kepada atasannya agar bekerja di kantor sini, bukan kantor cabang luar kota. Agar ayah selalu dekat dengan keluarga.
Sekarang Naya mengikuti homeschooling, lebih rajin ibadah dan mengasah kemampuan membuat puisi. Sebentar lagi, Naya memasuki pendidikan SMA. Tak jarang Naya memandangi kakinya. Lalu menyimpulkan semua yang telah terjadi.
Menjadi tidak normal bukanlah suatu halangan, buktinya sampai sekarang ia tetap produktif. Teman-teman lamanya pun sering berkunjung untuk menyemangati. Naya menyimpulkan bahwa tamu sebenarnya yang ia terima adalah apa yang menimpanya sekarang.
Awalnya Naya tidak menerima tamu itu dengan baik. Makin kesini, Naya mulai mengizinkan tamu itu tinggal. Ya, tinggal dikehidupannya.
Dear Diary
Mungkin kamu kira tidak ada yang membuatmu bertahan. Tidak ada yang membuatmu semangat. Itu membuatmu lemah, dunia tidak membutuhkan orang lemah. Dunia ternyata tidak jahat kepadaku. Saat aku memberanikan diri untuk berubah dan mulai menerima, ternyata semesta mendukungku.
Aku mulai bertahan dan bertahan. Semakin kesini semakin sadar bahwa musuh terbesarku adalah diriku sendiri. Yang harus kamu lakukan adalah mulai menerima dengan ikhlas, dekatkan diri pada Allah. Maka, beban yang kamu rasakan perlahan menghilang, diganti dengan rasa sabar dan ikhlas. Sekarang dan seterusnya, tetap bertahan, terus semangat!
Naya