China ikut gerah setelah pasukan Rusia menyerang dan menguasai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Ukraina di Zaporizhzhia, jumat 4/3/2022.
Dilansir dari www.repelita .co, Kementrian Luar Negeri China mendesak seluruh pihak untuk menjaga keamanan fasiitas nuklir di Ukraina, 4/3/2022. Pernyataan ini mucul setelah kebakaran terjadi di area PLTN Zaporizhzhia yang kini direbut pasukan Rusia.
‘’Kami akan mengawasi situasi dan meminta segala pihak untuk menahan diri, menghindari ekskalasi, dan memastikan keamanan fasilitas nuklir yang relevan’’, kata Juru Bicara Kemlu China Wang Wenbin, Jumat 4/3/2022.
Sementara itu, China menolak mengecam tindakan Rusia kepada Uraina ataupun penyebutnya sebagai invasi.
Kini, PLTN berhasil direbut Militer Rusia. Pemerintah kawasan tempat PLTN Zaporizhzhia berada mengonfirmasi pengambil alihan tersebut. Meski demikian, personel Ukraina dipastikan bakal memantau operasional PLTN ini sesuai standar keamanan. ‘’Personel operasional memantau kondisi unit – unit daya’’, demikian pernyataan pemerintah lokal Ukrina.
Sebelumnya, sejumlah pejabat Ukraina mengungkapkan kekhawatiran mereka atas potensi bencana nuklir yang muncul akibat pertarungan PLTN ini.
Menteri luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba menyatakan, bila PLTN ini meledak, dampaknya bisa mencapai sepuluh kali lebih besar dari pada Chernobyl.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengatakan, bila satu dari 15 reaktor nuklir di Ukraina meledak, Eropa akan berakhir. Dia juga menuturkan, ini pertama kalinya suatu negara nekat menyerang reaktor nuklir.
Ledakan nuklir dapat berimbas pada kebocoran radiasi besar – besar yang memahayakan kehidupan dunia.
China Tidak Termasuk
Meski ikut gerah dengan direbutnya Reaktor Nuklir Ukraina oleh Rusia, negara ‘’Beruang Merah’’ itu tidak menjadikan China sebagai musuhnya. Rusia sudah mempubikasikan daftar negara-negara yang tidak bersahabat atau memusuhinya.
Mereka merupakan negara – negara yang memberlakukan saknsi atas Rusia sebagai bentuk dukungan pada Ukraina. Rusia kemungkinan akan memberikan balasan yang setimpal atas perlakuan negara-negara tersebut.
Berikut daftar negara – negara yang dikeluarkan Pemerintah Rusia, yang katanya bermusuhan dengannya. Daftar tersebut disusun berdasarkan Keputusan Presiden Rusia, pada 5 Maret 2022. Pada dokumen tersebut, warga negara Rusia dan perusahaan yang memiliki kewajiban mata uang asing kepada kreditor asing dari daftar negara -negara yang tidak ramah akan dapat membayarnya dengan rubel.
Selain itu, semua transaksi perusahaan Rusia dengan warga negara dan perusahaan dari negara – negara yang termasuk dalam daftar akan disetujui oleh komisi yang berkuasa untuk memantu pelaksanaan investasi asing.
Pada 24 Peberuari 2022, Rusia melancarkan operasi miiter di Ukraina. Presiden Vladimir Putin menyebutnya tujuan ‘’melindungi orang – orang yang selama delapan tahun telah menjadi sasaran intimidasi, genosida oleh rezim Kiev.
Untuk melakukan hal tesebut, direncanakan melakukan ‘’demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina’’, untuk mengadili semua penjahat perang yang bertanggung jawab atas kejahatan berdarah terhadap warga sipil Donbass.
Sebagai tanggapan, Barat telah memberlakukan sanksi anti Rusia baru. Secara khusus, mereka termasuk beberapa bank terbesar, termasuk Sberbank VTB. Uni Eropa, Amerika, Kanada dan sejumlah negara lain telah menutup langit untuk pesawat Rusia.
1. Australia
2. Inggris
3. Negara – Negara Uni Eropa
4. Islandia
5. Kanada
6. Liechtensein
7. Kerajaan Monako
8. Selandia Baru
9. Norwegia
10. Korea
11. San Marino
12. Singapura
13. Amerika Serikat
14. Taiwan
15. Ukraina
16. Montenegro
17. Swiss
18. Jepang. (*)
Laporan : Nurhayana Kamar