Setelah 2 minggu Cahya tinggal bersama kakek dan neneknya, dia harus segera kembali ke Bandung, selain kuliah yang akan segera dimulai, dia juga memiliki beberapa tugas kelompok yang harus diselesaikan, namun kenangan bersama kakek dan neneknya terus terngiang dalam ingatan Cahya.
Terlebih pertemuan yang terjadi beberapa kali dengan Fikri membuatnya selalu ingin kembali tinggal bersama nenek dan kakeknya.
Dia ingat betul ketika beberapa kali kakek dan neneknya mengundang Fikri untuk makan bersama, membuat Cahya semakin merasa dekat dan nyaman saat bersama Fikri. Sikapnya yang sopan dan ramah benar-benar berhasil membuat Cahya jatuh cinta.
Cahya semakin disibukkan dengan tugas kuliahnya, sehingga berbulan-bulan dia tidak bisa ikut mengunjungi nenek dan kakeknya, namun perasaannya pada Fikri belum tergantikan oleh siapa pun.
Sesekali lewat via telepon Cahya memberanikan diri bertanya pada kakek dan neneknya mengenai Fikri, meski dalam bahasa yang berbeda seolah-olah dia tak mau kakek dan neneknya mengetahui perasaannya pada Fikri, namun bukanlah orang tua, jika tidak bisa melihat gelagat Cahya, mereka tahu betul bahwa Cahya menyukai Fikri.
Setelah beberapa tahun akhirnya Cahya lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan besar di Bandung, selama itu pula dia tidak mengetahui keadaan Fikri, namun terdengar kabar bahwa Fikri akan segera melamar seorang wanita.
Mendengar kabar itu dari sang nenek, Cahya merasa sangat sedih, namun dia yakin kepada Allah, Bahwa qodar jodoh sudah menjadi keputusan yang maha kuasa.
Dalam kesendiriannya di kamar, lalu sang ayah memanggilnya dan memerintahkan gadis berwajah manis itu agar segera mempersiapkan diri, karena tamu penting yang dibicarakannya tadi malam sudah datang.
Tanpa berlama-lama, Cahya pun keluar dari kamar dengan memakai dress berwarna abu-abu berpadu dengan hitam serta hijab pashmina yang serasi dengan warna dressnya, membuat gadis itu semakin terlihat anggun.
Saat dirinya sampai di ruang tamu, dia terkejut melihat Fikri bersama 2 orang tua yang tak lain adalah kedua orang tua Fikri. Hal yang membuat gadis berusia 23 tahun saat ini semakin terkejut adalah tujuan Fikri yang datang untuk melamarnya.
Ternyata Fikri pun menyukai Cahya sejak pertemuan pertamanya di masjid, Cahya adalah satu-satunya gadis yang mampu membuatnya jatuh hati, kesantunan dan sikap penyayangnyalah yang membuatnya mantap untuk melamar Cahya.