Di antara contoh-contoh perbuatan yang termasuk muwalah sughra adalah:
- Menyerupai mereka dalam berpakaian dan berbicara.
- Bepergian ke negeri mereka tanpa ada keperluan yang penting dan darurat.
- Tinggal di negeri mereka dan tidak berusaha pindah ke negeri kaum muslimin.
- Menggunakan sistem penanggalan mereka.
- Bersekongkol dan membantu perayaan hari besar mereka serta hadir dalam acara tersebut.
- Memberi nama dengan nama-nama yang khusus di kalangan mereka. (Lihat At-Tauhid Al-Muyassar 38-40)
Tiga Golongan dalam Al Wala’ wal Bara’
Ada tiga golongan orang dalam al wala’ wal bara’ yang harus kita perhatikan:
- Orang yang harus kita cintai secara total dan tidak disertai kebencian. Mereka adalah mukmin yang sempurna keimanannya, yaitu para Nabi, shiddiqin, syuhada’, dan orang-orang shalih. Tentu saja yang paling terdepan di antara mereka adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliaulah yang mendapat kecintaan paling besar dibandingkan cinta seseorang kepada anaknya, orangtuanya, dan seluruh manusia. Kemudian setelah itu adalah para istri-istri Nabi dan keluarga beliau, serta para sahabat Nabi radiyallahu ‘anhum. Kemudian orang-orang yang mengkuti jalannya para sahabat, seperti imam yang empat. Allah Ta’ala berfirman :
وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang” (Al-Hasyr: 10).
- Orang yang harus kita benci dan kita musuhi secara mutlak, serta tidak boleh mencintai dan loyal terhadap mereka. Mereka adalah orang-orang kafir, musyrik, munafik, dan orang yang murtad, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mujadilah ayat 22.
- Orang yang kita cintai dan sekaligus kita benci. Pada diri mereka terkumpul kecintaan sekaligus kebencian, mereka adalah orang mukmin yang bermaksiat. Kita mencintai mereka karena mereka adalah orang yang beriman, dan kita membenci mereka karena maksiat mereka yang tidak termasuk kemusyrikan dan kekafiran. Kecintaan kepada mereka menuntut seseorang untuk menasehati mereka dan mengingkarinya. Tidak boleh diam terhadap maksiat mereka, bahkan harus mengingkarinya dan memerintahkan mereka untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran. Namun tidak boleh seseorang membenci mereka secara mutlak dan berlepas diri dari mereka seperti perbuatan khawarij (dalam masalah ini, khawarij berpendapat bahwa pelaku dosa besar adalah kafir.) terhadap pelaku dosa besar yang bukan dosa kekafiran. Tidak boleh pula mencintai dan loyal secara mutlak terhadap mereka seperti perbuatan murji’ah (dalam masalah ini, murji’ah berpendapat bahwa pelaku dosa besar tetap seorang mukmin yang sempurna imannya). Kita harus bersikap adil terhadap mereka, mencintai karena keimanan mereka, dan membenci karena kemaksiatan yang mereka lakukan. Inilah madzhab ahlussunnah wal jama’ah (Lihat Al-Wala’ wal Bara’ fil Islam 27-30).