Berbeda seperti penyakit usus buntu, flu, atau migrain yang punya ciri dan tanda khas tersendiri, krisis kepribadian mengenai identitas ini tidak demikian.
Namun, ada beberapa hal yang kerap menjadi kunci utama petunjuk mengenai krisis identitas pada remaja, yakni:
- Selalu mempertanyakan mengenai siapa diri yang kemudian berujungdengan berbagai aspek kehidupan.
- Pertanyaan melingkupi masalah sekolah, ketertarikan seksual, pasangan, keluarga, keyakinan, dan lain sebagainya.
- Kemungkinan berdampak terhadap cara remaja melihat diri sendiri.
- Pernah atau bahkan sering mengalami konflik batin karena pertanyaan-pertanyaan tersebut.
- Adanya perubahan besar yang sadar atau tidak turut memengaruhi perasaan dan kehidupan pribadi.
- Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendorong remaja untuk mencari tahu lebih dalam mengenai arti dan tujuan hidup.
Dalam keseharian, mungkin ada hal yang dipikirkan anak dan bingung melakukan apa. Maka Anda sebagai orangtua dibutuhkan perannya untuk berada di sisi anak untuk mendampingi ketika krisis terjadi.
Akan tetapi, masalah kepribadian ini tak jarang malah mengakibatkan dampak lainnya. Misalnya seperti stres hingga depresi pada remaja yang berkepanjangan bagi beberapa anak.
Kenapa krisis identitas pada remaja bisa terjadi?
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa konflik dalam diri terkait identitas dan kehidupan biasanya hadir di kelompok usia remaja dan paruh baya. Nyatanya tidak hanya itu saja.
Masalah kepribadian ini bisa terjadi pada siapa pun, terlepas dari berapa usianya dan apa latar belakang kehidupannya.
Masa remaja merupakan transisi yang bisa dibilang cukup krusial karena ada berbagai hal untuk dipelajari. Dimulai ketika masa puber sehingga terjadi perubahan fisik.
Ada kemungkinan, anak akan merasa tidak nyaman atau atau tidak percaya diri dengan hal tersebut. Apalagi kalau ia tidak menghadapi masa adaptasi yang baik maka bisa terjadi tahap awal krisis identitas pada remaja.
Mayoritas penyebab krisis identitas pada remaja berasal dari tekanan hidup, sehingga mengakibatkan stres dan depresi.
Hal-hal yang bisa menjadi pemicu terjadinya krisis identitas yang perlu diketahui orangtua adalah:
- Masalah akademik
- Tekanan karena pergaulan
- Perceraian orangtua
- Mengalami peristiwa traumatis
- Kehilangan orang yang dicintai
- Kehilangan pekerjaan
- Masalah mendalam lainnya
Hampir semua masalah tersebut sedikit banyak dapat berdampak pada kehidupan sehari-hari. Termasuk dapat memengaruhi cara remaja melihat dan menilai diri sendiri.
Tahapan krisis identitas
Tidak hanya Erikson, ada pula ahli teori James Marcia yang memperluas konsep krisis identitas. Ia meyakini bahwa krisis identitas termasuk pada remaja merupakan pergolakan emosional.
Namun, perlu dipahami lagi bahwa keempat fase dari Marcia tidak mengansumsikan bahwa setiap remaja akan melewati setiap krisis.
Ada pula remaja yang hanya melewati satu atau dua identitas karena evaluasi serta pemahaman yang terjadi.
- Terjadi ketika remaja merasa tidak perlu adanya komitem atau identitas apapun dalam hidupnya.
- Terjadi ketika remaja merasa yakin sehingga tidak mengeksplorasi identitas lainnya lebih jauh.
- Remaja secara aktif mengeksplorasi identitas namun belum menentukan apa yang diinginkannya.
- Ketika remaja telah malalui tahap eksplorasi dan telah menentukan identitas diri.
Bagaimana solusi jika mengalami krisis identitas?
Orangtua perlu tahu bahwa kunci utama ketika anak mengalami krisis identitas adalah mampu melepaskan semua “beban” yang tertahan di pikiran dan diri terlebih dulu. Sebab terkadang, persepsi orang lain tanpa sadar memengaruhi perilaku.
Hindari menghabiskan banyak waktu untuk berpikir mengenai hal-hal yang justru bisa menciutkan semangat anak dalam beraktivitas.
Ingat, setiap orang punya kemampuan dan keterbatasan masing-masing yang membedakannya dengan orang lain. Jangan lupa untuk selalu mencari kebahagiaan sebagai “makanan” untuk hati dan pikiran.
Menghadapi krisis identitas baik pada remaja memang butuh proses yang tidak singkat dan mudah. Orangtua juga perlu menyemangati anak dan mendukung menemukan hal yang disukainya dalam hidup.
Beberapa hal yang bisa anak Anda lakukan adalah dengan bergabung dalam kegiatan sosial, menekuni hobi, atau ikut dalam komunitas tertentu yang lebih sesuai dengan kemampuan.
Tidak hanya sekadar membuat diri menjadi lebih baik, cara tersebut setidaknya akan membantu remaja bisa melihat perspektif lainnya serta agar lebih bersyukur dalam hidup.
Lambat laun, energi positif dari lingkungan sekitar bisa meredakan stres dan krisis identitas pada remaja yang sedang dialami.
Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi krisis identitas pada remaja, seperti:
1. Bantu anak untuk menentukan hal yang ia sukai
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, ada banyak hal yang terjadi di fase perkembangan remaja. Maka dari itu, wajar ketika ia masih memproses hal baru tersebut.
Adanya tekanan sosial bisa membuat anak sulit menentukan apa yang diinginkan. Apalagi ketika melihat tren di pergaulannya.
Berikan pemahaman bahwa ia tidak perlu mengikuti dan pilihlah hal yang sesuai dengan preferensinya. Misalnya saat memilih baju, makanan, sampai kegiatan komunitas.
2. Berikan pertanyaan dibanding tuntutan
Pada masa ini, tekanan dari orangtua juga bisa memengaruhi perkembangan emosi remaja.
Anda bisa mulai dengan bertanya misalnya seperti “Apa hal yang membuat kamu Bahagia” atau “Apa saja pilihan sekolah yang kamu inginkan”.
Pertanyaan ini tidak hanya melatih ia mengungkapkan perasaan. Akan tetapi juga bisa membuat ia merasa didukung dan juga didengarkan dengan baik.
3. Biasakan untuk mengambil keputusan bersama
Dalam beberapa kasus krisis identitas yang dialami remaja, hal lain yang bisa memperparah adalah ketika orangtua selalu tidak menyetujui apa yang diinginkan anak.
Keinginan orangtua tidak selalu sama dengan keinginan anak. Maka dari itu, berikan ia kebebasan untuk melakukan hal-hal yang ia sukai. Dengarkan sudut pandang serta alasan yang dijelaskan olehnya.
Menjalani kegiatan baru serta menjalin pertemanan seluas-luasnya dapat dilakukan oleh anak ketika ia mendapatkan dukungan penuh dari keluarga terdekat.