Claire and The Great Enchanter

“Jadi sudi kah kau mengganti undang-undangan pemilu tentang kalangan pekerja harus mendapatkan hak untuk memilih? Bukan hanya bangsawan saja yang berhak berpendapat,” Lanjut Lious, tersenyum kecil padanya.

Ia hanya mampu mengangguk saking takutnya dibunuh oleh Hasegawa dan James. Lious tertawa kecil, menyuruh mereka berdua melepas mantranya dan membiarkan wanita itu mengganti undang-undang di hadapannya, walau tanpa sepengetahuan majelis mana pun.

Wanita itu menunduk takut pada Lious dan berkata bahwa ternyata selama ini ia tak pernah berpikir sejauh itu, dan merasa perkataan Lious benar. Ia berjanji akan membenarkan semua yang salah pada negara ini.

“Baguslah kalau begitu jadi aku tak perlu repot-repot memilih penggantimu sebagai pemimpin negara ini, sekarang mari kita bantu padamkan api-api yang akan membakar habis negara ini,” ucap Lious sambil meninggalkan ruangan.

Claire sempat melirik pada wanita itu, masih merasa benci. Celeng keluar terakhir dari istana, Claire kembali menaiki Celeng dan terbang bersamanya. Menggunakan mantra air dan mantra tembus pandang―perintah Hasegawa agar tidak ketahuan siapa sebenarnya yang telah memadamkan api.

“Semua sudah selesai, karena sekarang aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain dirimu, kurasa aku bisa tinggal bersama Black Robe. Mungkin aku bisa menjadi kaki tangannya,” gumam Claire bahagia pada Celeng.

Tapi layak aksi hero pada umumnya, semua tidak semudah itu. Ternyata penyebab dari pemirikan yang selama ini salah bukan dari pemimpin negara ini. Namun seseorang yang sama sekali tidak akan mereka duga, ia seorang enchanter sama seperti Black Robe.


Penulis: Nikeisha Esquiria Faiha

BACA CERPEN LAINNYA DISINI

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU