COVID 19, Bisa Sembuh dengan Qur’anic Immunity

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Sebuah hasil penelitian’ yang dilakukan Nasrullah, penulis buku Magnet Rezeki, dan mengajarkan Al-Qur’an untuknkehidupan, terhadap pasien corona. Dari total Pasien Dalam Pengwasan (PDP), yang dirawat di Rumah Sakit, lebih dari 95 % berhasil sembuh atau pulang ke rumah, dengan metode Qur’anic Immunity.

Diantaranya Prod.Dr. Ir. Idrus Paturusi, Guru Besar, dan mantan Rektor Unhas, membuktikan metode tersebut. Demikian Andi Darussalam Tabusalla. Tokoh sepak bola nasional ini, sempat dirawat selama 16 hari. Kepulangannya ke rumah, disambut sangat antusias. Karena secara kondisi kesehatannya, sangat rentan dengan corona yang menyerangnya.

Apalagi usia Mantan Manejer Timnas Indonesia itu sudah mencapai 70 tahun. Riwayat darah tinggi, sudah 30 tahun menderita diabetes, 15 tahun suntic insulin, operasi ginjal karena CA, 5 tahun cuci darah. Dahsyat, namun komentator sepakbola yang rutin menghiasi layar kaca tv di tahun 1990an itu, berhasil menaklukkan wabah mematikan, virus corona.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Senin, 28 Oktober 2024: Dibenarkan oleh Iman

Atas keberhasilannya, penelitianbya tersebut dia akhirnya memberikan konsultasi jarak jauh, kepada pasien PDP, menggunakan metode terapi Al-Qur’an. Dari 30 PDP yang dikonsul tersebut, 29 orang sembuh, hanya satu orang yang meninggal.
Karena itu, dia menyarankan, agar PDP, menggunakan metode Qur’anic Immunity. Itu bagi ummat Muslim yang mengimami Al-Qur’an.

Pilihan PSBB yang diterapkan Pemerintah, menurut Nasrullah, bukanlah solusi akhir. Karena sangat tidak ideal dan rentan menimbulkan dampak sosial. Karena itu, dia menyarankan, selain PSBB, sebaiknya menerapkan Herd Immunity.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Selasa, 22 Oktober 2024: Kesaksian Roh

Bukan Vaksin

Nadrullah memprediksi, mungkin sampai dua tahun ke depan covid -19, akan tetap menjadi “bahaya” yang mengintai. Bagi dia, yang diperlukan menghadapinya, bukan vaksin. Karena menunggu vaksin, katanya, adalah bentuk kekalahan. Selain waktunya yang tidak bisa diprediksi, dengan vaksin juga harus mengeluarkan biaya mahal, yang ditanggung rakyat Indonesia. Ditambah lagi dengan dampak ekonomi, rakyat habis habisan dengan masa menunggu.

Dia menyarankan , semua pihak terutama pemimpin sosial, harus berfikir tentang “titik terang” tersebut. Dibanding dengan kampanye stay at home, harus ada kampanye lainvyang bernuansa solusi. “Bukan berarti, kampanye stay at home tidak bermanfaat, namun lebih menatap solusi lain”, ujarnya dalam tulisannya yang dishare ke umum. (P/ana).

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU