Oleh: Nurhayana Kamar
Jakarta memiliki daya tarik yang luar biasa. Tak hanya bagi pelancong dari daerah dan luar negeri, betah berlama-lama di Jakarta, bila berkesempatan berkunjung ke Jakarta, dan bila isi kantongnya masih ada.
Hingga ada pernyataan, berapa pun uang yang dibawa ke Jakarta, tidak akan ada yang disisakan pulang. Dihabiskan dulu baru pulang.
Orang yang tadinya hanya berniat sementara tinggal di Jakarta, katena tugas atau pun sebuah urusan yang mengharuskan tinggal berlama-lama, pun sudah enggan kembali ke kampung halamannya. Kecuali bila harus balik, karena tugas atau urusan selesai.
Makanya saat mudik Idul Fitri, biasanya Pemerintah Jakarta mengadakan sweeping KTP saat arus balik. Tidak memperkenankan masuk Jakarta yang tidak berKTP Jakarta.
Memang di sinilah jalur yang biasa dimanfaatkan orang daerah, yang biasa disebut juga sebagai “pendatang haram”, untuk masuk mengadu nasib di Jakarta.
Penduduk Jakarta yang mudik, memang banyak yang “membonceng” keluarganya saat balik. Terutama yang tidak memiliki pekerjaan di kampungnya.
Awalnya, hanya berkunjung. Lama-lama menetap. Apalagi bila sudah mendapatkan kegiatan bisnis atau pekerjaan. Inilah yang membuat kota Jakarta bertambah terus penduduknya.
Ini pulalah yang membuat kemacetan terus bertambah. Dan bila sudah lama menetap di Jakarta, sudah malu pulang kampung. Malu sama tetangga, dicap gagal. Pokoknya apapun yang terjadi, hidup rusah pun rela.
Mengapa orang yang sudah tinggal di Jakarta enggan lagi pulang kampung? Ibaratnya pepatah, “Bukan salah bunda mengandung”.
Jakarta sebagai ibu kota negara, dan kota metropolitan, memang menyajikan dan ibarat lahan, apapun yang ditanam tumbuh. Ada pula filosophi bugis, carilah kehidupan di tempat yang banyak orang menginjakkan kaki. Itulah Jakarta.
Selain itu, suasana yang indah, gemerlap, kerlap kerlip lampu di jalan, yang menerangi orang yang berlalu lalang, seolah tidak pernah tidur.
Belum lagi banyaknya obyek wisata yang dikelola secara profesional, bisa melepaskan penat, setelah lima hari bekerja mencari nafkah keluarga.
Karena itu, dalam seminggu, jalan – jalan diJakarta tetap tidak sepi. Meskipun di hari libur. Justru di hari libur, semakin macet. Karena ramainya, orang yang ke obyek-obyek wisata.
Bahkan tak hanya penduduk Jakarta yang menikmati hari liburnya di Jakarta. Orang daerah pun banyak datang ke Jakarta berlibur. Padahal banyak juga obyek-obyek wisata di daerahnya. Itu, karena indahnya obyek wisata di Jakarta. Dan memberikan suasana kenyamanan.
Makanya obyek obyek wisata di daerah perlu diperindah, dan menciptakan suasananya yang nyaman. Agar orang daerah, tidak “membuang”uangnya ke Jakarta, hanya untuk berlibur. (*)