Demi ke Sekolah, Kepsek di Bone Tempuh 80 KM Lewat Ojek dan Angkutan Umum, Rogoh Kocek 50 Ribu Hampir Tiap Hari

Bone, FAJARPEDIDIKAN.co.id– Tak mudah mengabdi sebagai kepala sekolah di pelosok desa. Apalagi jika jarak tempat tinggal dan sekolah tempat mengabdi terbilang jauh. Terlebih jika fasilitas di sekolah tak selengkap yang seharusnya.

Hal tersebut seperti yang dialami salah satu kepala sekolah di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Andi Darmawati SPd.

Darmawati menjabat sebagai kepala sekolah di UPT SD Negeri 142 Lilina Ajangale, Kecamatan Ulaweng, Kabupaten Bone.

- Iklan -

Sejak beberapa tahun silam hingga saat ini, Darmawati berkorban tenaga dan materi untuk sampai di sekolahnya. Ia harus menempuh perjalanan jauh dari kediamannya ke sekolah lantaran perumahan di sekolahnya tak lagi layak ditempati. Ia mengaku, hampir tiap hari harus menempuh perjalanan sejauh 40 KM. Perjalanan itu, dari rumahnya di Kota Watampone ke sekolah tempatnya mengabdi di Desa Lilina Ajangale.

Baca Juga:  UPT SPF SMPN 4 Makassar Gelar Pemilihan Duta Baca Pelajar

“Untuk sampai ke sekolah dari rumah ke sini (sekolah) hampir setiap hari 40 KM sekali jalan, 80 KM pulang pergi. Saya PP karena perumahan sekolah tak layak ditempati,”kata Darmawati kepada FAJAR PENDIDIKAN belum lama ini.

Tak tanggung-tanggung, untuk menempuh jarak yang terbilang jauh tersebut, kepsek yang sudah lima tahunan menjabat sebagai kepsek itu, juga harus merogoh kocek hingga Rp. 50.000, hampir tiap hari. Biaya itu, untuk membayar sewa ojek dan mobil angkutan umum ke sekolah.

- Iklan -

“Sekitar Rp 50.000 biaya ke sekolah hampir tiap hari, karena biasa mengojek ke terminal Palakka (Petta Ponggawae), disitu baru ambil mobil ke Sumpang Labbu. Dan di Desa Lili Riawang, Koppe (Daerah Sumpang Labbu, Kecamatan Bengo) ambil lagi ojek tuk masuk sekolah,” katanya.

Baca Juga:  UPT SPF SMPN 4 Makassar Gelar Pemilihan Duta Baca Pelajar

Walau dengan jarak yang jauh itu, dirinya mengaku tidak pernah terlambat sampai ke sekolah. Ia mensiasatinya dengan berangkat sekolah lebih awal. Selain itu, biasa bermalam di sekolah atau rumah kerabatnya, jika ada kegiatan sekolah atau saat diprediksi akan ada hambatan ke sekolah.

“Biasa sudah sholat subuh, lansung siap-siap ke dekat terminal Petta Ponggawae untuk menunggu mobil. Biasa juga bermlam di sekolah kalau takut terhambat. Jadi tidak terlambat,” katanya.

- Iklan -

Reporter: Abustan

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU