JAKARTA – Setelah melangsungkan aksi unjuk rasa pada Senin (12/12) lalu, kini Gerakan Pemuda Mahasiswa Selamatkan Pendidikan kembali melanjutkan demonstrasi jilid II di depan Kantor Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) di Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat pada Kamis (15/12).
Aksi yang di pimpin oleh Musa sebagai Koordinator Lapangan dan Ilham Pangumbara sebagai Jenderal Lapangan ini melakukan aksi tetrikal berupa pelemparan telur busuk ke dalam kantor institusi negara yang mengatur tentang pendidikan nasional tersebut. Aksi ini sebagai aksi simbolik, bahwa bungkam nya Kemendikbud Ristek dan Busuknya tindakan-tindakan yang dianggap oleh massa aksi sebagai tindakan melawan hukum.
Mengingat, 2 poin tuntutan utama dari agenda penyampian pendapat di muka umum ini masih sama seperti saat mereka menggelar aksi pertama, yaitu meminta Presiden Joko Widodo untuk memecat Nadiem Makarim sebagai Mendikbud Ristek. Karena yang bersangkutan melakukan kebohongan di Forum Internasional PBB bertajuk Transforming Education Summit di New York pada bulan November 2022 lalu. Kedua, mereka mendesak Abdul Kahar juga harus di copot dari jabatan Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik). Diduga kuat, Abdul Kahar adalah pihak yang bertanggung jawab dalam proses recruitmen Beasiswa Unggulan, juga diduga dalam penyalurannya para mahasiswa tidak sepenuhnya menerima jumlah anggaran Beasiswa Unggulan yang diberikan oleh Negara, dalam hal ini ialah Kemendikbud Ristek.
“Seperti yang kami sampaikan pada hari sebelumnya, bahwa aksi kami akan terus berlanjut sampai 2 poin tuntutan kami di akomodir. Nadiem ini di gaji oleh negara, dipercayakan untuk mengurus kementerian pendidikan, namun faktanya dia masih belum yakin dengan anggotanya (para ASN/Pekerja di Kemendikbud). Lebih memilih menyewa jasa orang luar (Kemendikbud) yang jumlahnya 400 orang. Ini uang negara, alokasi sebesar itu harusnya jika diperuntukkan bagi program kemendibud lainnya pasti akan jauh lebih bermanfaat dan tepat sasaran. “ terang Musa melalui keterangan tertulisnya.
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum ini menambahkan bahwa, semestinya jika Nadiem bijak tidak mungkin menggunakan jasa 400 tim bayangan tersebut. “Mas Nadiem ini lebih baik kembali urus Gojek ajalah, dari pada ngurus pendidikan. Malah buang-buang anggaran negara, jadi kami mendesak Bareskrim Polri mengusut itu anggaran yang dipergukanakan untuk membayar 400 orang” imbuh Musa pada Kamis (15/12).
Sementara itu, dikesempatan yang sama Ilham membenarkan apa yang disampaikan oleh Koordinator Lapangan. Bahwa aksinya hari ini adalah kelanjutan dari agenda sebelumnya, yang akan terus dilakukan sampai berjilid-jilid.
“Kehadiran kami ini adalah kabar buruk bagi para pemimpin (kemendikbud ristek) yang dzalim, pemimpin yang pro terhadap oligarki, pemimpin yang secara tidak sadar bahwa tindakannya seperti mafia pendidikan. Sekarang kita harus objektif dan rasional, berapa anggaran negara terbuang secara cuma-cuma hanya untuk membayar 400 orang tim bayangan yang di gunakan oleh Nadiem ini? Disaat pelik seperti masa sekarang ini, baru pulih dari pandemi,“ terangnya.
“Belum lagi, adanya dugaan pemotongan atau fee bagi penerima Beasiswa Unggulan kepada oknum tertentu, yang kami temukan di lapangan. Ini tersruktur, masif dan menggurita. Program Beasiswa yang harusnya bisa diperuntukan kepada teman-teman semua (yang membutuhkan dan layak) justru kami menduga tidak tepat sasaran.
Banyak titipan oleh oknum-oknun, tidak ada transparansi (akuntabilitas) mengenai klasifikasi mana yang di terima, mana yang di tolak dan apa sebab nya. Ini semua gelap. Jadi saya menyerukan kepada elemen mahasiswa maupun pelajar, untuk bersinergi melawan mafia pendidikan ini. Jadi saudara Abdul Kahar harus di copot dari Puslapdik, karena ybs lah yang bertanggung jawab dalam Program Beasiswa Unggulan itu.” Pungkas Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi tersebut.
Sebagaimana disebutkan, keresahan yang menjadi tuntutan dari Gerakan Pemuda Mahasiswa Selamatkan Pendidikan tersebut ialah sebagai berikut ini :
1. Meminta Joko Widodo untuk mengevaluasi kinerja Nadiem Makarim yang diduga menggunakan 400 anggota tim bayangan (tim shadow organization) dalam melaksanakan tupoksi nya sebagai Mendikbud Ristek. Orang nomor 1 di dunia pendidikan ini justru berbohong di forum PBB (forum dunia), ia menunjukan kegagalan pemimpin dalam menahkodai Mendikbud Ristek sebagai institusi yang solid dan kompeten. Ia justru menggunakan vendor lain dari pada para ASN Mendikbud Ristek.
2. Mendesak Nadiem Makarim untuk mencopot Abdul Kahar dari jabatan Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) karena diduga kuat mengatur proses recruitmen Beasiswa Unggulan secara tidak professional dan tidak transparan (akuntabel), diduga aliran dana Beasiswa Unggulan tersebut mengalami potongan saat diterima oleh Mahasiswa penerima Beasiswa Unggulan.
3. Mendukung BPK RI untuk menginvestigasi dan mengaudit hingga tuntas mengenai anggaran Kemendikbud Ristek yang dialokasikan sebagai salary kepada 400 anggota tim bayangan Mendikbud Ristek tersebut. Terlebih mengenai, aliran dana Beasiswa Unggulan yang harusnya menjadi program positif dalam dunia akademis namun disinyalir dijadikan lahan ‘bancakan’ para oknum di Mendikbud Ristek.
4. Mendorong KPK, Bareskrim Polri dan Kejaksaan Agung saling koordinasi dan bersinergi dalam mengungkap dugaan kasus di Kemendikbud Ristek.
Para peserta aksi meninggalkan gedung Kemendikbud Ristek dengan tertib dan damai, proses penyampaian pendapat di muka umum pun berjalan dengan kondusif, yang dikawal oleh jajaran Intelkam Polsek Tanah Abang. Musa dan Ilham secara serentak menyatakan akan kembali hadir pada hari Senin (19 Desember 2022). “Besok kami antar surat (pemberitahuan unjuk rasa), Senin kita turun (aksi demonstrasi) lagi” ungkapnya bersamaan.