Dialog Awal Tahun Lapakkss

DR. H. Ajiep Padindang, SE., MM, Anggota Komite IV DPD RI, memfasilitasi dialog awal tahun, Sabtu (01/01/2022) di Lantai 2 Kanrejawa Hertasning, sore kemarin.

Beberapa pengurus dan anggota Lapakkss (Lembaga Pengembangan Kesenian dan Kebudayaan Sulsel) turut hadir, diantaranya Andi Abubakar Hamid (Direktur Lapakkss), Ancoe Amar (Sineas/Dosen IKJ), Ahmadi Haruna (Penyair/wartawan senior), Yudhistira Sukatanya (Penulis/Sutradara), Ishakim (Perupa), Goenawan Monoharto ( Pimpred Majalah Budaya Macca), Moch. Hasyimi Ibrahim (Konsultan), Ciptoning (Musik), DR. Nurlina Syahrir, M.Hum (Koreografer/Dosen), Bahar Merdu ( Bos Petta Puang), Idwar Anwar (Sejarawan), Syahrir patakaki Dg. Rani ( Penyair Makassar), Dewi Ritayana (Aktris), Hartinah (aktris/istri Senator Ajiep Padindang), Andi Asmar (Balai Senator), dan Rachim Kallo (media).

Menurut Ajiep Padindang saat membuka dialog yang dikemas santai dihadapan 3 Nara sumber yaitu Anco Amar, Ishakim dan Moch. Hasyimi mengatakan bisa jadi ini lanjutan ekspresi akhir tahun yang diselenggarakan 29 Desember 2021 lalu.

Kesempatan pertama Senator Ajiep Padindang yang sudah duduk dua periode Di DPD RI memberikan kesempatan ke Ancoe Amar presentase soal Film maker.

Baca Juga:  Komunitas MDM, Wujudkan Kepedulian dan Selamatkan Nyawa

Anco Amar yang juga producer Film Atiraja banyak memberikan gambaran filmmaker. Disela-sela penjelasannya, sembari memberi contoh Video klip itu tidak pernah merubah isi lagu, lirik lagu, Justru memberikan penguatan dalam mengilustrasi

Ami panggilan akrab Moch. Hasyimi bertanya, apa bedanya Novel yang di filmkan, Ancoe menjawab alih wahana Itu memindahkan novel ke bentuk naratif film. Sementara film maker kita punya sastra tutur, sementara Bollywood dan Hollywood itu kenapa bebas karena mereka tidak punya metodologi, sementara kita punya itu, tapi kita tidak punya pintu masuk.

Sekarang produksi bagaimana dengan Pasar bisa menerima, kata Ajiep. Bagaimana proteksinya agar orang tidak bisa mengambil karya itu.
Hak atas kekayaan intelektual (Haki).

Dari undang-undang, menurut Ajiep anda harus Pro aktif melindungi diri, Pemerintah pasif (hanya menerima laporan, pengaduan). Makanya yang kita mau perbaiki undang-undang IT. Misalnya ketika anda melempar karya itu ke YouTube kemampuan proteksi Mereka jamin, itu yang mau ditingkatkan.

Sementara Moch. Hasyimi menawarkan strategi hitungan bisnis, sebagai produk genre baru yang dikembangkan harus disimpan baik-baik.

- Iklan -
Baca Juga:  Gerakan "Sahabat Nasional", Bantu Siswa Tak Mampu dan Berdayakan Lansia

“Pasar itu harus dibentuk. Seniman harus dituntut punya estrumen , kita butuh pemasaran,” sambung Ami.

Beda lagi di dunia seni rupa, Ishakim menyampaikan tantangan terbesar seni rupa adalah chip. Apakah orang masih membutuhkan lukisan.

“Alhamdulillah, teman-teman seni rupa tetap menerima pesanan. Hampir 90% menerima pesanan,” sambung Ishakim optimis tahun 2022 jauh lebih baik lagi.

Diujung senja, sesekali diselingi lagu dari suara Dewi Ritayana dan Chaeriah membuat suasana santai dialog sore itu, Ajiep Padindang menutup pertemuan itu, masa-nasa pandemi bagaimana Ancoe Amar, mampu mempersiapkan sesuatu, sehingga begitu selesai pandemi Ini sudah normal dia sudah bisa ledakkan itu (produk). Dan memang peramal sosiologis, tahun 2045 nanti Akan terlihat orang-orang Indonesia Genius.

“Kondisi film kita sekarang terhempas Dan apa yang dirasakan dengan kebijakan Pemerintah untuk bisa mendorong kembali kondisi itu. Apakah anda rasakan itu atau tidak?,” Pungkas Ajiep Padindang sebagai fasilitator dialog awal tahun. (RK)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU