Dialog Pemuda FKUB Makassar, Perkuat Ruang Perjumpaan Lintas Iman

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id– Awal 2021, Setara Institute merilis laporan Indeks Kota Toleran Tahun 2020. Terdapat 10 kota dengan skor toleransi tertinggi dalam laporan tersebut. Rinciannya, yakni Salatiga (skor 6,717), Singkawang (6,450), Manado (6,200), Tomohon (6,183), Kupang (6,037), Surabaya (6,033), Ambon (5,733), Kediri (5,583), Sukabumi (5,546), dan Bekasi (5,530).

Lalu bagaimana posisi Makassar? Berdasarkan survei terakhir dua tahun lalu, Makassar bahkan berada dalam 10 besar kota toleransi terendah. Salah satu penyebabnya karena tidak ada kebijakan yang mendorong toleransi keberagaman dan kerukunan.

Inilah yang sedang diperjuangkan Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) Sulsel dengan melakukan advokasi kebijakan dalam bentuk rancangan peraturan walikota dan regulasi lainnya. Hal tersebut dikatakan Direktur LAPAR Sulsel, M Iqbal Arsyad yang menjadi pembicara ketiga pada Temu Dialog Penguatan Kerukunan Umat Beragama Bagi Pemuda Tingkat Kota Makassar di Rumah Kopi Bang Joni, Senin (8/11).

Baca Juga:  Komunitas MDM, Wujudkan Kepedulian dan Selamatkan Nyawa

Menurut Iqbal Arsyad, Makassar merupakan kota heterogen (multi etnis, multi agama, gender, difable, dan lainnya), memiliki potensi jika keberagaman dikelola dengan baik. Sebaliknya, akan menjadi pemicu konflik jika dikelola dengan salah.

“Rendahnya kesadaran untuk menerima perbedaan. Adanya kebijakan diskriminasi terhadap kelompok tertentu. Penyebaran hoaks dan ujaran kebencian di medsos. Inilah sejumlah gambaran situasi yang dihadapi sekarang,” ujarnya.

Oleh karena itu, selama 2 tahun terakhir, LAPAR Sulsel mengadvokasi kebijakan terkait kerukunan dan keberagaman di Makassar. “Melakukan pertemuan, sosialisasi, hingga membangun jejaring dengan masyarakat sipil. Sinergitas antara OMS, FKUB, FPK dan Pemkot sudah mulai terbangun,” kata Iqbal.

Kini, tren positif keberagaman di Makassar semakin besar. Suburnya komunitas perdamaian-toleransi di Makassar yang digerakkan anak muda. Masalah keberagaman dan toleransi menjadi perhatian dan diperbincangkan semua pihak.

Baca Juga:  Gerakan "Sahabat Nasional", Bantu Siswa Tak Mampu dan Berdayakan Lansia

“Ruang perjumpaan saling belajar antarpemuda lintas agama dan kepercayaan semakin terbuka. Aksi seperti ini harus terus digalakkan untuk menghadapi paham eksklusivisme, sehingga dapat membangun dan merawat nilai-nilai keberagaman dan kerukunan,” ujar Iqbal Arsyad.

Peran pemuda tidak hanya sebagai agen perubahan, tetapi juga menjadi agen perdamaian. Oleh karena itu, generasi muda diharapkan aktif merawat perdamaian, menebar benih-benih toleransi, melawan hoaks dan ujaran kebencian, intimidasi serta lain sebagainya.

- Iklan -

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Makassar, H Arifuddin Ahmad mengungkapkan, pemuda lintas agama akan dilibatkan dalam aksi-aksi merawat kerukunan melalui pembentukan wadah generasi muda di tingkat Kota Makassar. “Oleh karena itu, rencana tindak lanjut temu dialog ini, FKUB Makassar akan membentuk generasi muda lintas agama,” ujar Arifuddin saat menutup kegiatan. (SAH)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU