Dilema Pembelajaran Daring

Penulis : Muhammad Alfan

Tahun 2020 merupakan tahun yang cukup menggemparkan masyarakat dunia, termasuk pelajar di Indonesia. Banyak sekali terjadi perubahan dan transisi pada aspek kehidupan, salah satunya adalah pendidikan.

Sekolah yang sebelumnya dilaksanakan secara tatap muka di sekolah harus diganti dengan pembelajaran daring (online). Menurut Imania (2019), pembelajaran online merupakan salah satu bentuk penyampaian pembelajaran konvensional yang dituangkan ke dalam format digital melalui internet.

Tidak sedikit pelajar yang merasa dirugikan dengan adanya pembelajaran daring ini, menurut mereka pembelajaran daring ini tidak efektif karena kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar.

Kendala teknis juga sering dialami oleh para pelajar. Menurut Novita, dkk (2020) kendala pembelajaran daring adalah sulit terhubung ke jaringan internet sehingga para pelajar sulit untuk benar-benar tetap berada di kelas online membuat mereka menjadi sulit untuk memahami materi pelajaran.

Di sisi lain pandemi Covid-19 masih terus mengalami peningkatan sehingga sulit untuk diterapkan pembelajaran tatap muka. Namun, beberapa kali sudah dilaksanakan simulasi pembelajaran tatap muka, meskipun bagi pelajar masih sulit untuk selalu menerapkan protokol kesehatan seperti: mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak.

Beberapa tantangan dalam pembelajaran tatap muka ditemukan oleh Yufrinalis (2021), Pengajar belum sepenuhnya mengembalikan jiwa belajar para pelajar pascapandemi melalui penerapan latihan-latihan pembelajaran yang dinamis dan menyenangkan; Pembatasan waktu mengajar bagi pengajar sehingga tidak semua materi atau materi pendidikan dapat tersampaikan; dan Banyak pelajar yang tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh pengajar.

Maka dari itu, perlu diadakannya sebuah inovasi pembelajaran yang mampu menarik semangat belajar para pelajar, sehingga mereka mampu mengikuti pembelajaran baik secara daring maupun secara tatap muka dengan maksimal.

Pertama yang harus dilakukan adalah dengan memahami apa kebutuhan dan kendala pelajar dalam pembelajaran dan sebisa mungkin sebagai pengajar mampu memberikan solusi yang mampu mengatasi kendala pelajar dalam belajar.

Seperti permasalahan kuota internet yang menghambat pembelajaran daring, maka sekolah diharapkan mampu memfasilitasi dengan memberikan akses internet melalui jaringan wifi di sekolah dengan pembatasan kuota untuk menghindari kerumunan.

- Iklan -

Selain itu, untuk kendala kurangnya waktu dalam penyampaian materi ketika pembelajaran tatap muka, maka pengajar bisa memberikan materi dengan singkat, menarik, dan tetap berbobot, bisa menggunakan sarana materi video atau kuis daring.

Ketika permasalahan atau kebutuhan pelajar sudah terpenuhi, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga mampu membuat pelajar semangat dalam pembelajaran. Salah satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan memaksimalkan penyampaian materi, peningkatan minat baca pelajar, dan mengurangi beban pelajar di luar jam sekolah.

Memaksimalkan penyampaian materi dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode yang modern dan menggugah rasa penasaran pelajar, seperti menggunakan media cerita yang kemudian dikemas dalam sebuah video interaktif, dengan menggunakan cerita sebagai metode pembelajarannya diharapkan pelajar lebih tertarik untuk menyimak sampai akhir karena rasa penasaran.

Selain media cerita bisa juga mengimplementasikan teori pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari, seperti praktik membuat bola dengan teori bangun ruang dan bangun datar dalam matematika. Praktik tersebut membuat pelajar tertarik untuk memahami materi bangun datar dan bangun ruang supaya mereka bisa membuat bola tersebut.

Cara meningkatkan kualitas pembelajaran selanjutnya adalah dengan peningkatan minat baca pelajar. Pertama, pengajar memberikan pengantar materi yang akan diajarkan, kemudian pengajar memfasilitasi dengan memberikan referensi buku yang sesuai dengan materi di perpustakaan sekolah untuk kemudian dibaca oleh para pelajar, selanjutnya mereka diminta untuk memberikan ringkasan dan menjawab beberapa kuis yang sesuai dengan buku yang sudah dibaca. Peningkatan minat baca ini membuat para pelajar menjadi lebih memahami tentang materi yang sedang dipelajari karena jika mereka tidak membaca, maka mereka akan kesulitan memahami materi yang disampaikan oleh pengajar.

Cara yang terakhir adalah dengan mengurangi beban pelajar di luar jam sekolah. Tidak sedikit pelajar mengalami stres karena beban tugas yang diberikan oleh pengajarnya di sekolah. Stres dapat mempengaruhi kualitas belajar pelajar yang kemudian menyebabkan pembelajaran tidak maksimal.

Maka, yang bisa dilakukan adalah mengurangi tugas di rumah dan mengganti dengan membaca materi yang sudah diberikan dan materi yang akan diberikan. Kemudian, di pertemuan selanjutnya pengajar bisa mengetes para pelajar dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang sudah mereka baca dan pahami. Sehingga, harapannya para pelajar tidak terbebani, tetapi justru mampu memahami materi yang sudah dan akan diberikan oleh pengajar.

Jadi, permasalahan dalam pembelajaran baik itu daring maupun tatap muka dapat diatasi apabila pengajar mampu memahami kebutuhan dan kendala para pelajar dalam pembelajaran. Ketika para pengajar mampu memahami kebutuhan dan kendala mereka, maka permasalahan dalam pembelajaran mampu diatasi.

Imania, Kuntum An Nisa. (2019). Rancangan Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Berbasis Daring. Jurnal PETIK. Vol 5, 31-47.

Novita, D., & Hutasuhut, A. R. (2020). Plus minus penggunaan aplikasi aplikasi pembelajaran daring selama pandemi covid 19. Unimed Medan, June, 1-11.

Yufrinalis, M. (2021). Peluang dan Tantangan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di SD Inpres Manunai Kota Maumere. AKADEMISI, 175.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU