Acara yang dihadiri 70-an perwakilan alumni, dan beberapa orang Guru yang mengajar mereka kala itu, digelar di Hotel Rinra, Makassar, Sabtu (25 September 2021).
Acara tersebut terselenggara berkat kedermawanan Bos TEG (Thaha Enggineering Grup) M Hasyir Thaha, alumni SMAGA’81 yang berhasil mewujudkan sebuah kerajaan bisnis di bidang engineering yang berpusat di Jakarta.
Bos beberapa perusahaan dibawa payung TEG yang kini sudah beromzet triliunan, dan ribuan karyawan itu, kebetulan ada undangan menghadiri pesta penikahan, di Makassar. Maka dia pun mengontak rekan seangkatannya, Burhamzah untuk menggelar acara silaturrahmi dengan kawan-kawan seangkatannya, alumni 81. Memanfaatkan kedatangannya di Makassar, Hasyir juga mensponsori reunian, sesama aluminya dari Sulsel di UGM.
Kebetulan waktu di SMA, Burhamzah memang terkenal, tokoh inisiator. Salah satu inisiatifnya, berdirinya Theater 3, SMA Negeri 3 Makassar. Dia sekaligus menjabat pimpinannya. Theater 3 sering tampil, baik di dalam sekolah, terutama di moment PENSI (Pentas Seni), maupun di luar sekolah, membawakan drama, yang kini populer dengan sebutan sinetron. Penulis, salah satu pemainnya.
“Burhamzah jugalah yang memberi istilah JUMPA SARIBATTANG,” ungkap Hasyir Thaha, sang sponsor acara, kepada Nurhayana Kamar, Pemred/DIrektur Majalah FAJAR PENDIDIKAN, FAJAR GRUP, juga rekan satu alumni, saat diwawancara khusus di tempatnya menginap, Hotel Arya Duta, besoknya, setelah acara, 26 September 2021.
Frasa JUMPA SARIBATTANG, yang menjadi tema acara, menurut Burhamzah, kata ‘’jumpa’’ (bahasa Indonenesia) bermakna “bertemu’’. Kata “saribattang’’ (bahasa Makassar) bermakna ‘’saudara’’. Secara harfiah, makna “Jumpa Saribattang’’, “Bertemua Saudara’’. Adanya Angka’81 adalah penegasan dari makna saudara. Bahwa kami bersaudara, kami sama-sama mengenyam pendidikan di SMA Neg. 3, kami sama-sama tamat tahun 1981.
Setelah tamat, ucap Burhamzah lagi, kami dipisahkan oleh waktu selama 40 tahun. Dan acara inilah yang mempertemukan kami kembali, dan mengingatkan kami, bahwa kami saribattang (bersaudara)
Berkat respon yang sigap, Burhamzah berhasil menggalang 70-an perwakilan alumni. Bahkan beberapa diantaranya datang dari luar Provinsi, Marce Yulia dari Kupang, M. Taufik dari Papua. Dan masih banyak lainnya.
Sebetulnya, angka kehadiran tersebut, tidak banyak. Namun karena masih ketatnya prokes (protokol Kesehatan), jumlah peserta dibatasi.
Namun yang luar biasa, dari semua kelas yang ada pada saat itu, hadir semua wakilnya. Mulai dari kelas 3IPAI, 3IP2, hingga 3IPA6, kelas 3IPS1, hingga 3IPS3, dan kelas Bahasa.
Meski spontanitas, acaranya lumayan meriah.
Diantaranya, pengantar dari inisiator, Burhamzah. Penyerahan bantuan peralatan Petangque. Kebetulan di acara tersebut, juga lounching Petangque Smaga Club, sebuah wadah olahraga, yang cocok dengan usia menjelang senja ke atas. Disitu juga Hasyir, sang sponsor acara dibobatkan sebagai pembinanya. Ada acara pemberian cinderamata kepada guru -guru yang hadir. Testimoni, hiburan dan foto bersama, antar kelas.
Seolah Tak Ingin Berpisah
Untuk pertama kalinya pertemuan tersebut digelar, setelah 40 tahun, tamat dari sekolah yang terletak di Jalan Baji Areng, Makassar itu. Guru yang hadir, Drs Basir Nanring, Guru Bahasa Inggris, Dra Rohana, Guru BP, Drs M. Yusuf Yunus, Guru Kimia.
Tidak banyak yang hadir, lantaran sudah banyak yang meninggal. Mereka kelihatan sangat terkesan bertemu mantan siswanya, setelah 40 tahun, dan rata-rata berhasil menjadi “orang’’. Beberapa alumni memberikan testimoni, atas keberhasilan gurunya mengajar, mereka berhasil menggapai harapannya. Diantaranya, selain Ir. Hasyir Thaha, ada Prof. Anshar, salah satu Guru Besar Sospol Unhas.
Hingga pertemuan berakhir, para Guru tersebut, tetap betah berlama – lama berada di tengah – tengah alumni, yang hilir mudik, saling menyapa sesama teman alumninya. Wajah saja, 40 lamanya berpisah, baru bertemu pada JUMPA SARIBATTANG itu. Persis sama dengan pertemuan kakek dan nenek manusia, Adam dan Hawa, baru bertemu, setelah berpisah 40 tahun lamanya.
Tak heran bila Dra Rohana, berpisah pulang dengan teman guru, Basir Nanring. Dia bergabung ikut pulang dengan mantan siswanya yang kebetulan di mobil milik Anshar, mantan Kepala Pengadilan Soppeng, kebanyakan perempuan. Seolah belum habis rasa kangennya. “Pak Basir, saya ikut pulang dengan anak-anakku’’, ujarnya pamit dengan sesama gurunya, Basir Nanring.
Keduanya memang datang sama-sama. Tak Cuma guru-guru dan peserta Jumpa Saribattang yang sangat terkesan, juga Hasyir Thaha. Hingga dia mengumumkan, “InsyaAllah tahun depan, kita adakan lagi acara Jumpa Saribattang ini’’, ujarnya.
Lalu siapa M.Hasyir Thaha, sang dermawan itu ? Simak naskah dua kali bersambung berikutnya, dari hasil wawancara khususnya dengan Nurhayana Kamar. (ana)