Drama Keluarga Cela-cela

“Udah deh, Yah! Cepetan, tadi kan udah janji mau nemenin Tina cari bekicot.”

“Aduh. Tina, emang cari bekicot buat apasih?” Ayah Tina bertanya sambil memasukan tangan kirinya ke dalam celana bagian belakang, kemudian menggaruknya santai tanpa beban, dan tanpa pikiran. Lalu menghirup aromanya dengan nikmat, seolah sedang menghisap ganja dari ladang e’ek.

Tina yang melihat hanya bisa memasang raut jijik, tak lupa mengorek emas dari hidung mancung kedalamnya dan menempelkannya ke tangan bundar ayahnya.

“Ayah, besok Tina ada lomba balap bekicot. Hadiahnya lumayan loh. Bisa ngambil mangga Pak Anas sepuasnya, tanpa takut di seruduk Rembo.” Ucap Tina dengan semangat.

Yang dibalas tak kalah semangat oleh ayahnya. Mengingat betapa ganasnya Rembo si anjing berjambul peliharaan Pak Anas dalam menyeruduk orang.

“Beneran? Yeye-yeye. Hahaha”

“Hahahaha” Tina dan ayahnya tertawa keras sambil meloncat-loncat seperti anak kecil yang dibolehkan bermain hujan.

“Ayo, tunggu apalagi? Kita berangkat sekarang!” Ajak ayah Tina, yang entah sejak kapan sudah mengganti baju yang lebih layak. Soalnya, baju yang tadi sudah tak layak dipakai untuk mencari bekicot.

Tidak lupa sang ayah sudah menutup aurat berupa, ketiak kematian yang berkibar seperti bendera kebangsaan.

- Iklan -

Setelah selesai bersiap, merekapun pergi ke rumah Pak Anas untuk meminta izin tentang penangkapan bekicot.



Di rumah Pak Anas…

“Assalamu’alaikum, Pak.” Ucap Tina dan ayahnya bersamaan.

“Hei. Kalian lupa? Saya ini ateis.” Balas Seorang Pria paruh baya berkepala botak licin seperti lampu taman.

“Astaghfirullah, kebiasaan.” Ucap Tina sambil mengelus perutnya.

Yang dibalas dengusan dari Pak Anas. Niatnya sih pengen keren. Eh, dengusannya malah diiringi cendol hijau dari hidung peseknya. Malu!

“Kalian mau apa?” Tanya Pak Anas sambil mengusap hidungnya dengan tisu.

Tina dan ayahnya saling berpandangan, kemudian kembali memandang Pak Anas. Tina memandang Pak Anas dengan malu-malu kadal, sedangkan ayah Tina memandang Pak Anas serius.

“Begini Pak. Kedatangan kami disini, bertujuan untuk menangkap dan melelang bekicot Bapak yang sudah Bapak rawat dan jaga seperti anak sendiri~” Keseriusan dapat Pak Anas lihat dari mata coklat ayah Tina.

“Silahkan, Pak. Dan kalau bisa jangan menampakan batang hidung- maksud saya jangan menampakan hidung bapak yang tak berbatang itu di depan saya lagi!”

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU