Drama Keluarga Cela-cela

Jduar

Bunyi bantingan pintu mengakhiri pertemuan dua kubu bandar bekicot abal-abal ini.

Tanpa memperdulikan bentuk kesopanan Pak Anas, Tina dan ayahnya langsung mengobrak- abrik got. Dan menemukan bekicot dalam jumlah yang banyak.

Mereka tersenyum khas orang terkena rabies, kemudian pulang dengan jalan terpincang- pincang layaknya zombie yang butuh kasih sayang.

Bekicot yang mereka dapatkan cukup banyak, sehingga mereka memutuskan untuk menjadi bandar bekicot. Mereka berdua menyeludupkan bekicot ke celana dalam berkantong milik tetangga sebelah, yang sudah menjadi pelanggan setia dari bekicot mereka.

“Mantap Tina?”

“Huehehehe, mantap!”

****

“Yey! Tina menang, Tina menang” Tina bersenandung di sepanjang jalan karena sudah berhasil memenangkan lomba balap bekicot, dengan tangan yang membawa kresek penuh dengan mangga.

- Iklan -

Saat ini ia menuju ke rumahnya.

Sesampainya ditujuan, ia segera masuk ke rumah dan langsung bergegas ke kamar ayahnya.

“Ayah, ayah. Tina menang loh.” Ucap Tina dengan semangat, ia menatap foto ayahnya yang tengah tersenyum.

“Hehehe, tahun lalukan Tina kalah. Nah, sekarang Tina menang, terus Tina bawain buah mangga Pak Anas yang manisnya ngalahin senyuman janda beranak dua desa sebelah loh!” Air matanya mulai mengalir, tapi ia tetap tersenyum.

“Ayah apa kabar? Udah ketemu mama belum?” Tina mulai terisak, ia merasakan jantungnya di remas dengan kuat.

“Ayah tau gak? Tina kangen banget sama ayah?” Tina menangis keras di kamar ayahnya yang terasa hangat walupun sudah tidak di tinggali.

Ia mengingat kenangan bersama ayahnya saat menjahili Pak Anas, tetangga mereka yang memiliki kepala botak plontos dan bersinar layaknya lampu taman.

Dengan cara menyembunyikan jemuran celana dalam bergambar hello Kitty miliknya.

Tina tertawa keras sambil memukul lantai dan kembali menangis dengan memojokkan diri di sudut ruangan seperti orang terkena depresi berat.

“Hiks, Lucu tapi sedih!”

“Hiks- lagian ayah juga sih, udah tau cangkang bekicot keras. Masih aja di jadiin kerupuk.” Tina kembali menangis walaupun sesekali di iringi kekehan.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU