Dua Tahun Menjadi Mahasiswa Baru

Penulis: Noviana Ramdhani

Pada tahun 2020 tepat Hari Senin 20 Maret munculnya pertama kali Virus Corona di Depok yang cepat menyebar dan menular, sehingga menyebabkan kematian sampai menelan banyak korban jiwa. Virus yang dikenal sebagai Virus Corona atau Covid-19 sangat berdampak buruk bagi pendidikan di jenjang mana pun yang ada di Indonesia. Sudah dua tahun lebih lamanya sejak 2020, Indonesia di kabarkan baru-baru saja akhir ini membaik.

Peraturan-peraturan dari pemerintah yang sudah mulai dilonggarkan karena masyarakat yang sudah menaati perintah dari kebijakan yang dibuat pemerintah dan turunnya kasus Covid-19. Selama dua tahun lamanya terjadi berbagai pro dan kontra khususnya antara pemerintah dan pelajar maupun mahasiswa, yang terlihat jelas dampaknya. Perkembangan Virus Corona yang setiap hari selalu meningkat, sampai Indonesia berada di peringkat 5 sebagai negara yang memiliki kasus harian Covid-19 tertinggi.

Mematuhi protokol kesehatan yang tadinya terpaksa malah menjadi suatu kebiasaan sampai sekarang yang tidak bisa dilewatkan. Momen bersejarah di mana tanggal 16 Maret 2020 akan menjadi momen ketika sekolah diliburkan 2 minggu menjadi 2 tahun hingga sampai saat ini terus memantau perkembangan.

Pendidikan adalah salah satu faktor penting yang tidak bisa di tinggalkan dalam situasi apa pun. Selalu akan ada cara untuk tetap menjalankan sistem pembelajaran. Waktu yang terus berjalan akan terasa terbiasa dengan berbagai aktivitas yang dilakukan secara daring, termasuk pendidikan.

Dua tahun terakhir ini seperti merangkap menjadi pelajar di tahun akhir Sekolah Menengah Atas yang belum selesai sekaligus menjadi mahasiswa baru di kampus yang belum pernah mulai. Rasanya banyak hal-hal yang terlewatkan di masa sekolah sebagai pelajar tingkat akhir. Kehilangan banyak momen bersama kawan-kawan, tidak adanya perpisahan sekolah, tidak adanya kata perpisahan dengan teman bahkan sampai ditiadakannya Ujian Nasional pada saat itu.

Saat Virus Covid-19 datang ke Indonesia pertama kali pada masa SMA anak kelas 12 akhir sedang menjalani Ujian Sekolah, yang pada akhirnya setengah dari mata pelajaran di sekolah harus dilakukan secara daring di rumah masing-masing, bahkan sempat diberhentikan sambil melihat situasi kondisi yang masih belum berujung pada saat itu. Di beritahukan kepada seluruh pelajar/mahasiswa Indonesia mendapatkan informasi bahwa libur dua minggu adalah hanya informasi semata.

Pemerintah melakukan lockdown untuk kawasan yang memiliki kasus harian Covid-29 yang tinggi. Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas tidak hanya dukungan dari layanan sarana pendidikan seperti sekolah atau lembaga universitas saja tetapi adanya keterlibatan dengan kesadaran diri sendiri yang menyadari arti penting pendidikan. Pembelajaran yang dilakukan secara daring tidak hanya membuat kesulitan pelajar/mahasiswa tetapi tenaga pendidik juga mengalami kesulitan terlebih dahulu.

Media pembelajaran pada saat pandemi dilakukan secara online. Memantau sambil memperhatikan muridnya dalam pembelajaran daring akan terasa lebih sulit jika dilakukan dibatasi layar. Pengajar tidak akan pernah tahu pasti kesiapan dan kesigapan pelajar/mahasiswa pada saat proses pembelajaran. Membuat pelajar/mahasiswa menjadi hilang fokus.

Banyak menimbulkan alasan-alasan ketika pembelajaran online berlangsung, seperti tidak terjangkaunya internet yang tidak stabil membuat pembelajaran akhirnya terputus-putus saat memperhatikan pengajar, bahkan ada juga yang hanya membuat alasan berbohong seperti izin sakit, izin ke toilet, sinyalnya putus-putus, mikrofon mati, tidak ingin menyalakan kamera dan alasan lain sebagainya.

- Iklan -

Semua alasan bisa dilakukan karena pelajar/mahasiswa tidak ingin bertemu langsung. Tenaga pendidik dan pelajar/mahasiswa diharuskan memiliki pengetahuan lebih dalam teknologi. Anak seusia dini pun diharuskan memiliki media pembelajaran online seperti smartphone, keharusan orang tua yang untuk menyanggupi kebutuhan anaknya ini menjadi salah satu keharusan.

Pada saat pandemi berlangsung kita sebagai mahasiswa harus memiliki fasilitas pembelajaran seperti kuota, bahkan banyak sekali masyarakat Indonesia yang mendadak memasang dan menggunakan wifi di saat seperti ini, karena keterbatasan beraktivitas di luar rumah, membuat kita lebih menghemat biaya paket kuota.

Semua pekerjaan dilakukan secara work from home (WFH). Seperti pendidikan yang dilakukan di rumah ini menimbulkan tidak efektivitas bagi pengajar dan muridnya. Pembelajaran pada saat pandemi ini membuat pelajar/mahasiswi hilang fokus dan hilang kesadaran akan pentingnya pemahaman yang diberikan, bahkan sudah banyak pelajar dan mahasiswa yang memasuki zona nyaman dalam pembelajaran online karena takut akan kegiatan tatap muka.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU