Dukung Perempuan Berkarya, Unibos Gelar Webinar Feminisme

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Program Studi Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Bosowa berkerjasama dengan Politeknik LP3I Makassar dan Universitas Kristen Satya Wacana Jawa Tengah mengadakan kegiatan Webinar Cyber Literature 5.0 dengan tema “Defending Cyber Literature Feminism in the Pandemic Era” dalam rangka menyambut hari raya kemerdekaan Indonesia yang ke-76 Tahun. Senin, 16 Agustus 2021.

Kegiatan Webinar kali ini menghadirkan pembicara Dr Delukman A., M Hum Dosen LP3I Politeknik Makassar, Dr Anna Sriatuti., M Hum dosen Universitas Kristen Satya Wacana dan Asyrafunnisa, S S., M Hum sebagai moderator dosen fakultas sastra unibos.

Turut dihadiri Sebanyak 98 peserta dari Sabang sampai Merauke dengan berbagi profesi yaitu dosen, mahasiswa, guru, praktisi dan lainnya yang mendaftar untuk ikut serta dalam webinar ini.

- Iklan -

Sastra Siber (Cyber Literature) atau yang dikenal dengan istilah Sastra Digital merupakan sebuah pergerakan mempertahankan karya sastra agar tetap bisa dinikmati secara online dengan media digital, baik itu novel, puisi, cerpen, prosa, drama dan karya lainnya.

Baca Juga:  Pekerja Tambang Raih Magister Ilmu Pemerintahan di Unpacti Makassar

“Untuk mengkaji sastra digital dari segi feminisme karena banyak karya-karya sastra yang lahir melalui pendekatan feminisme, pendekatan ini dianggap sebagai salah satu cara untuk memperlihatkan peran feminine (perempuan) kepada dunia dalam kehidupan bersosial dan berbudaya” jawab Asyrafunnisa, saat ditanya tujuan dilaksanakan kegiatan tersebut.

Menurutnya, feminisme tidak hanya mempertahankan kesetaraan gender bagi kaum perempuan melainkan keeksistensialisme yang menjadikan perempuan untuk berani tampil dalam dunia modern.

- Iklan -

Sementara itu, Delukman menjelaskan: “perempuan boleh memilih atau mengambil peran penting setara dan layak eksis untuk berkarya, namun tidak sedikit juga perempuan masih dianggap remeh karena lemah dari segi fisik ketimbang lelaki, hal inilah yang memunculkan diskriminasi terhadap hak-hak perempuan.”

Selain itu Anna Srihastuti juga memaparkan melalui perspektif sejarah munculnya feminisme di Amerika. “Semua orang terkhusus perempuan juga ingin memiliki American Dream, kebebasan untuk berkarya, bekerja dan berperan penting dalam politik pemerintahan, namun perempuan banyak mengalami kekerasaan di sekitarnya,” paparnya .

Baca Juga:  GenBI Weekend Literacy: Menggugah Minat Baca Generasi Muda melalui Literasi Beragam

Maka dari itu, kata Anna, perlu diluruskan bahwa feminisme bergantung pada kondisi budaya yang ada pada suatu negara.

- Iklan -

“Hal-hal seperti ini banyak tertuang dalam karya-karya sastra yang patut untuk diulas dan tentunya didiskusikan melalui webinar ini, dari banyaknya tema dan pendekatan sastra, feminisme adalah salah satu yang masih hangat untuk diperbincangkan sampai di era pandemi ini,” tutupnya.

Melalui webinar Sastra Feminisme dapat dilihat perkembangan dunia perempuan moderen yang hampir 100 persen mampu bersaing dengan lelaki atau dalam hal ini kesetaraan gender telah merubah persepsi perempuan untuk merdeka dari belenggu ketidakadilan.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU