Menjelajah di Atap Pulau Jawa, Tempat Bersemayam Para Dewa
FAJARPENDIDIKAN.co.id – Meskipun kita lahir dan besar di negeri ini, ternyata setiap kali keluar rumah, masih banyak hal unik yang belum kita ketahui. Begitu banyaknya, hingga tak akan habis walau kita meluangkan waktu seumur hidup menjelajahinya. Ah, ternyata memang tak sulit mencintai Indonesia.
Dieng, pesonanya begitu memikat, landscape yang tak tertandingi kecantikannya, danau, bukit-bukit nan hijau, candi-candi yang disucikan, alam yang ramah pada kehidupan. Banyak orang menyebut, dataran tinggi Dieng sebagai Land of Gods atau tempat para dewa bersemayam. Rasanya tak berlebihan karena keindahan alam Dieng memang sangat mempesona.
Dataran tinggi Dieng sudah lama dikenal sebagai destinasi wisata alam, bisa dicapai kurang lebih 3-4 jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi dari Yogyakarta. Tapi perjalanan saya ke Dieng adalah ala backpacker, tidak menggunakan kendaraan pribadi, melainkan kendaraan umum.
Dari terminal Bonjor Yogyakarta naik bus ke Magelang, lalu ganti bus dari Magelang ke Wonosobo. Di Wonosobo, ganti bus lagi menuju ke Dieng. Perjalanan ini menambah pengalaman dan kesan saya tentang begitu indahnya bumi Nusantara Indonesia ini.
Dataran Tinggi Dieng terletak di perbatasan antara Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng). Dataran tinggi Dieng secara administratif terbagi dalam dua wilayah, yakni Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Wonosobo dan Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara.
Nama ‘Dieng’ sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “Di” yang berarti tempat yang tinggi dan ”Hyang” yang artinya tempat para dewa-dewi. Diartikan kemudian sebagai tempat kediaman para dewa dan dewi.
Ada juga yang mengartikannya dari bahasa Jawa yaitu “adi” berarti indah, berpadu dengan kata “aeng” yang artinya aneh. Penduduk setempat kadang mengartikannya sebagai tempat yang indah penuh dengan suasana spiritual.
Terletak di ketinggian kurang lebih 2000 meter di atas permukaan laut (mdpl), Dieng disebut-sebut sebagai dataran tinggi berpenghuni tertinggi kedua setelah Tibet. Jadi pantas jika Dieng dijuluki atapnya pulau Jawa.
Ketinggian tersebut berpengaruh pada suhu udara rata-rata di daerah ini. Dalam kondisi normal, suhu udara di Dieng antara 15-10 derajat celcius. Namun memasuki musim-musim kemarau (seperti di awal Juni-Agustus) suhu udara di Dieng bisa mencapai 0 derajat celcius.
Pada musim kemarau tersebut, Anda bisa menyaksikan bagaimana ekstrim suhu udara di Dieng mampu membekukan embun di pagi hari. Masyarakat Dieng menyebut fenomena tersebut dengan istilah Bun Upas atau embun racun. Dinamakan embun racun karena embun beku yang menempel pada tanaman dapat merusak tanaman, seperti pada tanaman Kentang dan Kobis (komoditas utama masyarakat Dieng dalam bidang pertanian).
Jika mengunjungi datara tinggi Dieng, Anda akan dapat menikmati pemandangan lumpur mendidih yang mengeluarkan gelembung, danau belerang berwarna cerah dan kabut tebal yang menyelimuti dataran tinggi Dieng, dan banyak lainnya.
Melihat, merasakan dan membayangkan tempat ini secara langsung, akan membuat kita memahami mengapa masyarakat Jawa menganggap Dieng sebagai tempat yang memiliki kekuatan supernatural.
“Anak Gembel”
Satu hal yang juga tak kalah terkenal dari Dieng, penduduk setempat menyebutnya “anak gembel” atau anak gimbal. Menurut kepercayaan warga setempat, anak gimbal merupakan anugerah dari para dewa sehingga fenomena ini patut disyukuri.
Biasanya jika rambut anak gimbal dipaksakan dipotong, maka si anak akan cenderung sakit-sakitan. Dan anehnya, rambut gimbal anak-anak gimbal tidak secara alami tumbuh ketika mereka dilahirkan, namun tumbuh saat usia mereka menginjak 1-2 tahun.
Banyak anak di wilayah ini awalnya lahir dalam keadaan normal seperti anak kebanyakan, mendadak terserang demam tinggi dan tumbuh rambut gimbal di kepalanya. Mereka ini kemudian harus dipotong rambut gimbalnya melalui sebuah prosesi ruwatan, setelah permintaan si anak dipenuhi oleh orang tuanya. Bila orang tua gagal memenuhinya, maka rambut gimbal akan tumbuh lagi meski telah dipotong berkali-kali.
Tempat Wisata
- Candi Dieng
Candi seperti sudah menjadi Simbol kepariwisataan di Dieng. Beberapa candi-candi yang tersebar di Dieng merupakan salah satu destinasi utama para wisatawan yang datang berlibur ke Dieng, baik lokal maupun mancanegara.
- Telaga-telaga di Dieng
Keindahan panorama alam didukung suasana yang asri dan udara sejuk bebas polusi menjadikan para wisatawan suka berlama-lama mengunjungi obyek wisata telaga di Dieng, seperti misalnya Telaga Warna, Telaga Pengilon, Telaga Cebong, Telaga Merdada, Telaga Menjer.
- Kawah-kawah di Dieng
Kawah Sikidang hanyalah satu di antara beberapa kawah vulkanik di Dieng yang menarik perhatian para wisatawan. Kawah-kawah lain di dataran tinggi Dieng juga tak kalah menarik untuk dikunjungi.
Beberapa kawah di Kawasan Dieng, di antaranya Kawah Candradimuka, Kawah Sibanteng, Kawah Siglagah, Kawah Sikendang, Kawah Sikidang, Kawah Sileri, Kawah Sinila, Kawah Timbang.
- Gunung-gunung di Dieng
Kawasan Dieng dikelilingi oleh pegunungan yang beberapa di antaranya sering dijadikan obyek pendakian oleh para pendaki, sebagai tempat camping atau sekadar melihat sunrise alias matahari terbit. Gunung-gunung tersebut, di antaranya Gunung Prau, Gunung Pakuwaja, Gunung Sikunir.
Oleh: Sriyanto