Esa Kami Rindu

Halo! Namaku Angkasa Catur Adji. Biasanya sih dipanggil Angkasa. Aku tinggal di Surabaya, tau Pakuwon Indah? Nah rumahku ada di sana. Tahun ini umurku menginjak 18 tahun. Omong- omong, Aku ingin membahas temanku, Dia bernama Mahesa Aditya.

Teman-teman biasa memanggilnya ‘Adit’, sedangkan Aku sendiri lebih suka memanggilnya ‘Esa’. Dia adalah teman pertamaku, sejak Aku pindah ke Surabaya. Umur Kami yang sama, membuat Kami cepat akrab satu sama lain. Dahulu, sewaktu Kami berumur 5 tahun, Aku masih mengingatnya, Di membelikanku sebuah kue es krim untuk merayakan ulang tahunku.

Mendapati hadiah seperti itu dari temanmu, pasti senang sekali bukan? Waktu itu saja Aku langsung memeluknya sambil menjerit tertahan tepat di telinga kanannya. Lalu membisikkan kata terima kasih.

Dia ikut senang tentu saja, dan menyuruhku untuk memotong kue tersebut. Berakhir Kami makan bersama sembari berbincang-bincang. Membahas kira-kira kenapa Squidward selalu membenci Spongebob. Menginjak umur 7 tahun, Aku beserta keluarga memutuskan untuk pindah ke sebuah perumahan lain.

Lantaran rumah lamaku sangat jauh dari kantor ayah. Cukup sedih dan berat sekali rasanya untuk keluar dari zona nyaman. Sempat Aku mengatakan pada Esa, namun Dia sangat mengerti.

Baca Juga:  Gerakan "Sahabat Nasional", Bantu Siswa Tak Mampu dan Berdayakan Lansia

Dia berkata, “Kalau memang Kita itu teman sejati, Tuhan pasti mempertemukan Kita lagi kok!” dengan ceria. Mungkin tidak mau membuatku sedih. And guess what? We finally meet again after 3 months since I moved! Kita berada di satu sekolah yang sama, bahkan kelas Kita pun sama! Sungguh Aku senang sekali kala itu.

Esa, I guess we’re truly soulmate aren’t we? Haha. Pertemanan Kita bisa dibilang langgeng sekali, sampai menginjak bangku SMP loh! Tetapi ada yang berbeda, Kita menambah satu personil teman lagi. Namanya Daya Putri Lestari. Biasanya dipanggil Daya. Masa-masa SMP-ku, Aku habiskan bersama Mereka bertiga. Kita belajar bersama, bermain bersama, Cerita sana-sini, seru deh intinya!

Baca Juga:  Fatimah dan Sikap Sahabat saat Meninggalnya Rasulullah SAW

Hingga pada hari itu, semuanya berubah. Kami yang awalnya selalu bertiga kemana-mana, kini hanya tersisa Aku dengan Daya saja. Esa? Entah kemana dia. Dia hilang bagai ditelan bumi. Esa benar-benar tidak bisa dihubungi. Hpnya selalu mati saat Kami mencoba untuk menghubunginya.

Ada mungkin sekitar 2 minggu Dia tidak menampakkan batang hidungnya di sekolah. Daya saja sempat berpikir bahwa Esa mengkhianati Aku dengannya. Ya bagaiman tidak? Selang beberapa hari, Dia mendatangi kembali sekolah dengan cengiran tanpa berdosa. Kekhawatiran Kami berdua mereda. Sedikit terkejut penampilannya berubah, kini Esa lebih sering menggunakan topi hitam ketimbang membiarkan rambutnya terurai.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU