Makassar, FajarPendidikan.co.id— Setelah bencana alam yang menimpa beberapa daerah di Sulawesi Tengah, Minggu 28 Oktober 2018 lalu, masyarakat Indonesia kembali berduka atas kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 yang menewaskan 181 orang.
Dalam peristiwa tersebut beberapa awak pesawat yang mencapai 10 orang juga menjadi korban. Satu dari 10 orang tersebut, diantaranya dalah Bhavye Sunaje, yang merupakan pilot dari pesawat naas tersebut. Sebagai pilot yang telah bergabung dengan maskapai ini sejak tahun 2011, dapat dikatakan pengalaman yang ia miliki amat luar biasa. Setidaknya, bersama Lion ia telah mengangkasa selama 600 jam.
Dan ternyata bukan hanya warga sipil yang berada didalam peristiwa tersebut, terdapat korban yang berasal dari kementerian keuangan. Dari Ditjen Kekayaan Negara, Ditjen Perbendaharaan dan KPP Pratama Bangka. Tercatat ada 31 orang yang bekerja ditempat tersebut menjadi korban.
Dan menurut ketua Komisi Nasional Keselamatan Terbang (KNKT), mode transportasi umum ini masuk dalam jenis pesawat yang baru dan jika dilihat dari track record nya, pesawat ini baru catatkan terbang sekira 800 flight hour.
Bahkan dari desas desus yang beredar pesawat ini bahkan baru mengangkasa untuk kebutuhan komersial, dua bulan belakangan. Lion Air JT-610 sendiri merupakan pesawat pengembangan dan boing 737 klasik dan merupakan series yang paling modern.
Insiden Lion Air JT-610 ini mungkin bukan yang pertama, rentetan peristiwa udara di Indonesia yang terjadi memang sering meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban yang ada di dalam kecelakaan pesawat.
Terlepas dari berbagai pemberitaan tentang peristiwa Lion Air, sebagai masyarakat Indonesia tentunya kita turut merasakan pilu yang keluarga korban rasakan.(Int)