Fakta Film Yuni, Perjuangan Wanita Lawan Patriarki Hestianingsih

‘Yuni’ jadi salah satu film Indonesia yang banyak diperbincangkan tahun ini. Tak hanya berhasil mencuri perhatian, film garapan sutradara Kamila Andini ini juga sarat akan pesan moril dan sisi kemanusiaan.

Film yang menampilkan Arawinda Kirana sebagai bintang utama (pemeran Yuni) ini menyoroti perjuangan wanita menggapai mimpi dan cita-cita di tengah kuatnya budaya patriarki dalam lingkungannya. Kisah di film ini juga mengangkat betapa budaya patriarki sering kali lebih sering menguntungkan pihak pria ketimbang wanita.

Ini fakta-fakta film ‘Yuni’ yang banjir pujian hingga meraih penghargaan dan dinominasikan di sejumlah festival film.

1. Mengangkat Isu Perempuan

Cerita berfokus pada sosok Yuni, seorang gadis SMA yang ingin mengejar beasiswa masuk perguruan tinggi. Keinginannya terbentur ketika ia dilamar pria hingga dua kali. Mitos yang berkembang di lingkungan tempat tinggalnya, seorang perempuan tidak akan bisa menikah apabila menolak lamaran pria sebanyak tiga kali.

Selain Yuni, kehidupan para perempuan lain di sekeliling Yuni juga disorot. Mulai dari sahabatnya yang harus berhenti sekolah karena menikah dan punya anak sementara suaminya tidak diketahui keberadaannya, hingga salah satu temannya yang jadi korban pernikahan dini.

Baca Juga:  Film Kraven the Hunter Lebih Brutal dari Deadpool dan Wolverine

Seperti dilansir Haibunda.com, banyak daerah di Tanah Air yang masih menganggap bahwa pendidikan tinggi bagi perempuan tidaklah penting. Banyak yang masih memiliki pemikiran bahwa perempuan diciptakan hanya untuk masalah “dapur, sumur, dan kasur”.

Banyak perempuan yang terpaksa menerima lamaran dan mengubur mimpinya untuk menempuh kehidupan yang bisa memberikan nilai lebih dalam hidup mereka. Perempuan digambarkan sebagai “barang” yang bisa dijadikan untuk transaksi jual-beli melalui pernikahan dengan sangat mudahnya. Isu tersebut sangat apik ditampilkan dalam film Yuni.

2. Adegan Seks yang Penuh Makna, Bukan Sekadar ‘Bumbu’

Adegan seks menjadi salah satu faktor yang membuat film ‘Yuni’ ramai diperbincangkan. Namun adegan seks dalam film ini bukan sekadar sebagai ‘bumbu’ melainkan ada semiotika atau makna mendalam di baliknya.

Adegan tersebut dilakoni oleh sang protagonis yang dimainkan oleh Arawinda Kirana (Yuni) dan Kevin Ardilova (Yoga). Sang sutradara, Kamila Andini, menjelaskan bahwa unsur seksualitas justru menjadi sebuah pembuktian otonimi sang bintang utama atas dirinya sendiri.

- Iklan -

“Di saat Yuni merasa hidupnya harus mengikuti perkataan orang lain, ‘kamu itu harusnya nikah, kamu itu harusnya begini, ini yang baik buat kamu’, rasanya kontrol itu di orang lain,” ujar Kamila, seperti dikutip dari detikHot.

Baca Juga:  Film Kraven the Hunter Lebih Brutal dari Deadpool dan Wolverine

Dia melanjutkan, “Adegan (seks) itu saya merasa bahwa Yuni (akhirnya) memiliki kontrol, dia yang bilang kapan, dia yang bilang bagaimana, dengan siapa, dia yang menentukan.”

Arawinda sebagai pemeran utama pun menambahkan, “Karena itu bukan adegan asal-asalan mesum, enggak, itu adegan yang sangat penting yang merupakan simbol kebebasan Yuni, yang dia ingin membebaskan dirinya dari perjodohan.”

3. Masuk Banyak Nominasi dan Menang Penghargaan

Film Yuni diputar perdana dan memenangkan Platform Prize di Toronto International Film Festival (TIFF) 2021. Di ajang Festival Film Indonesia, Yuni juga mendapatkan 14 nominasi.

Sutradara Kamila Andini juga dipilih sebagai nominasi sebagai Sutradara Terbaik Asia Pacific Screen Awards 2021 bersanding dengan Asghar Farhadi dari Iran dan Ryusuke Hamaguchi dari Jepang.

Film ‘Yuni’ juga berhasil menjadi wakil Indonesia untuk bersaing di kancah dunia yakni Academy Awards 2022 dan bersaing dengan film luar negeri seperti The Medium dari Thailand.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU