FAJARPENDIDIKAN.co.id – Universitas Hasanuddin melalui Fakultas Farmasi menyelenggarakan kolokium secara online.
Dua narasumber, yakni Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM (Dra. Mayagustina Andarini, Apt., M.Sc) dan Ketua Kelompok Penelitian Pengembangan Produk Biologi LIPI (Dr. Ratih Asmana Ningrum).
Kolokium berlangsung melalui aplikasi zoom meeting dan live streaming di kanal youtube Farmasi Unhas, Senin (27/07).
Kolokium secara resmi dibuka oleh Dekan Farmasi Unhas, Subehan, S Si., M Pharm Sc., Ph D., Apt.
Dalam sambutannya, ia menjelaskan bahwa kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari tanggungjawab sosial perguruan tinggi dalam memberikan kontribusi pemikiran untuk menghadapi persoalan-persoalan bangsa, termasuk terlibat dalam upaya penanggulangan penyebaran Covid-19.
“Semenjak pandemi, tim Farmasi Unhas telah melakukan rangkaian kegiatan sebagai upaya memutus rantai penyebaran Covid-19, utamanya dalam melakukan edukasi masyarakat dan memberikan informasi yang dibutuhkan selama masa pandemi,” jelas Subehan.
Subehan berharap kegiatan ini bisa memberikan informasi dan tambahan wawasan kepada masyarakat terkait Covid-19. Sehingga, membantu masyarakat melakukan adaptasi kehidupan baru.
Usai sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi dari Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik, Dra. Mayagustina Andarini, Apt., M.Sc.
Ia membawakan materi berjudul, “Peluang Hilirisasi Hasil Riset Terkait Pandemi Covid-19”.
Mayagustina menjelaskan bahwa sebagai negara yang memiliki keragaman kekayaan alam menjadi salah satu potensi yang harusnya dimanfaatkan, utamanya dalam menghasilkan produk alami yang dapat digunakan dalam dunia kesehatan.
Produk herbal memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai salah satu bahan untuk meningkatkan imunitas tubuh, yang penting pada masa pandemi Covid-19.
“Bahan herbal kita mampu untuk diolah sebagai upaya pencegahan Covid-19. Sayang sekali jika ini tidak dimanfaatkan dengan baik. Kami sangat dukung jika para peneliti melakukan uji klinis terhadap bahan herbal tersebut,” jelas Mayagustina.
Ada beberapa alasan sehingga peluang penelitian obat bahan alami terbuka luas. Antara lain, obat bahan alami tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengganti kekosongan ketersediaan obat kimia ataupun sebagai adjuvant dan pendamping obat kimia.
“Pengembangan produk bahan alami akan mendatangkan banyak manfaat dari berbagai sektor jika dikembangkan dengan baik. Misalnya saja dalam dunia kesehatan yang bermanfaat meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, mudah didapatkan dan sedikit menimbulkan efek samping,” jelas Mayagustina.
Materi Selanjutnya disampaikan oleh Ketua Kelompok Penelitian Pengembangan Produk Biologi LIPI, Dr. Ratih Asmana Ningrum, yang memberikan gambaran tentang “Kegiatan Riset dan Fasilitas Biosafety Level-3 LIPI di Masa Pandemi Covid-19”.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang memiliki visi menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia dalam penelitian, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan daya saing bangsa.
Selama masa pandemi Covid-19, LIPI banyak melakukan kegiatan mulai dari penyediaan hand sanitizer dan disinfektan, pelatihan tenaga terampil pemeriksa Covid-19 sampai melakukan uji klinis terhadap imunomodulator, vaksin rekombinan, pseudovirus, dan beberapa kegiatan lainnya.
“Fasilitas LIPI itu banyak, namun sejak pandemi laboratorium BSL-3 ini menjadi pusat. Laboratorium ini khusus digunakan untuk menangani bahan biologi berbahaya seperti mikroba dan patogen yang memiliki level bahaya tinggi bagi kesehatan manusia,” jelas Ratih.
Usai pemaparan materi dari para narasumber yang hadir, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dari peserta.
Kegiatan yang dipandu oleh Yusnita Rifai, Ph.D., Apt (Dosen Farmasi Unhas) sebagai moderator berlangsung lancar. (*)