Pemutaran dan Diskusi Film Invisble Hopes sukses digelar di CGV Mall Panakukang Makassar, 5 Februari 2022. Film ini bercerita dan memperjuangkan hak anak yang lahir di balik jeruji penjara.
Dalam sesi diskusi tanya jawab usai pemutaran film, beberapa penonton sangat tersentuh dan baru tahu tentang adanya tahanan ibu hamil dan anak di dalam jeruji besi.
“Sangat hebat perjuangan seorang ibu, yang melahirkan dan membesarkan anak di dalam jeruji besi, kemudian perjuangan anak bayi hingga balita ini hidup di dalam jeruji besi. Saat menonton film tadi, saya seperti ada di dalam film tersebut dan merasakan sakitnya,” ungkap salah seorang penonton dari PMII Makassar.
Selain dari PMII Makassar, perwakilan dari GMKI Makassar turut memberikan komentarnya saat sesi diskusi.
“Saya baru tahu bahwa dalam penjara itu ada orang yang melahirkan. Sebagai perempuan, saya sangat sedih melihat realita yang terjadi di dalam jeruji besi,” ungkapnya.
Proses Pembuatan Film
Proses pembuatan film ini sangat panjang dan salah satu kendala utama adalah izin dari dinas terkait.
“Kendala utama adalah bagaimana kita mendapatkan izin karena kita membawa kamera ke dalam penjara itu ngak mudah. Saya awalnya tidak tahu ke mana harus cari izin namun karena ini sudah harus dibuat, maka saya menemui beberapa pihak, seperti LBH bahkan Komnas Perempuan mereka tidak bisa membantu. Hingga pada akhirnya saya ketemu komisioner ombudsman dan jadi beliau yang mengenalkan ke dirjenpas dan akhirnya mendapat izin,” ungkap Lamtiar Simorangkir, kepada FAJARPENDIDIKAN.co.id, Sabtu (5/2).
Harapan
Lamtiar berharap, negara harus melakukan sesuatu terhadap permasalahan ini. “Pada saat malam anugerah FFI, saya sudah menyampaikan langsung kepada Presiden bahwa kami sangat berharap beliau harus menonton Invisible Hopes, dan paling utama lagi harus melakukan tindak lanjut nyata untuk memenuhi hak anak yang terpaksa lahir dan hidup di balik jeruji penjara.”
Karena, kata Lamtiar, mereka adalah bagian dari anak-anak generasi penerus bangsa ini. Namun sampai saat ini, masih belum mendapatkan respon dari Presiden.
“Kami sangat menunggu ada respon dari bapak Presiden. Kami juga berharap bahwa negara bisa mensupport kami untuk membiayai pemutaran Invisible Hopes di semua ibukota provinsi di Indonesia untuk tujuan raising awareness,” ujar Lamtiar. (*)