Filosofi Pakaian Adat Minang. Bundo Kanduang adalah pakaian adat Minangkabau yang digunakan oleh perempuan yang sudah menikah dan menjadi simbol peran pentingnya seorang ibu dalam sebuah rumah tangga.
Bundo Kanduang juga sering disebut Limpapeh Rumah Nan Gadang. Nah, kira-kira apa lagi yah keunikan Pakaian Adat Minang ini?
Berikut makna Pakaian Adat Minang dikutip dari buku Pesona Indonesia karya Anita Chairul Tanjung (2018:206).
Filosofi Pakaian Adat Minang
Tingkuluak
Tingkuluak adalah penutup kepala yang bentuknya menyerupai atap rumah gadang atau kepala kerbau. Aksesoris ini menjadi ciri khas dari pakaian adat Minangkabau yang sudah tidak asing lagi.
Minsie
Minsie adalah aksesoris yang umumnya digunakan oleh perempuan pada bagian tepi lengan dan leher. Minsie merupakan sulaman yang terbuat dari benang emas dan menjadi simbol bahwa perempuan Minangkabau harus patuh terhadap batasan yang berlaku di hukum adat.
Baju Batubue
Baju Batubue adalah pakaian adat Minangkabau yang berupa baju kurung atau Naju yang biasa digunakan sebagai baju atasan. Baju ini bertabur pernak-pernik sulaman yang terbuat dari benang emas dan menjadi simbol dari kekayaan alam yang berlimpah di tanah Minang.
Lambak
Lambak adalah perlengkapan pakaian Bundo Kanduang bagian bawah yang terbuat dari songket maupun berikat. Fungsinya tentu sebagai penutup bagian bawah untuk wanita.
Cara memakai lambak adalah dengan mengikatkannya ke bagian pinggang dengan belahan yang disusun di bagian depan, belakang, atau samping tergantung dari desa asalnya.
Salempang
Salempang merupakan pelengkap dalam pakaian adat Bundo Kanduang yang khusus digunakan bagi perempuan yang sudah menikah.
Makna salempang adalah simbol kesiapan perempuan untuk menjadi ibu dan nenek yang bisa menyampaikan suri tauladan bagi anak cucunya.