Gadis di Kursi Roda

Usai pertandingan itu, besoknya di dojo tempat latihan taekwondo, aku dipanggil ke depan oleh sabeum Tomi adan sabeum Dimas. Kedua pelatihku ini menceritakan even yang aku ikuti kemarin dan menjuarainya. Mereka memuji- muji aku sejadi-jadinya sebagai tanda mereka bangga atas raihanku. Aku dijadikan contoh teladan bagi adik-adik yang sabuknya masih dibawah sabukku.

Sabeum Tomi bilang agar teman-teman belajar lebih fokus pada tendangan egol toliochagi. Egol toliochagi adalah tendangan ke arah kepala, top score dan menghasilkan point tertinggi yaitu tiga point. Tendangan inilah yang membuat kemenaanganku waktu itu.

Kulirik kaki kiriku. Tidak ada. Kaki itulah yang melakukan tendangan kemenangan. Sekarang mana? Mana kakiku ,Tuhan?

Kembali bulir bening menjajaki pipiku.

Sebelahanya lagi ada trofi juara lomba menulis. Lalu disebelahnya lagi adalah….. Oh aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Mataku kabur tertutup oleh genangan air mataku sendiri.

Kuusap air mata. Aku harus kuat. Aku tidak boleh cengeng.

Aku mengambil kruk dari sudut kursi rodaku. Kruk itu ditaruh disitu agar aku bisa berlatih berjalan menggunakan tongkat penyangga.

Dua kruk. Aku meletakkan kruk itu di bawah lengan. Aku bangkit perlahan dari kursi roda.

Kuhela nafas dalam-dalam. Rasanya aku tidak boleh berlama-lama di ruangan ini. Ruang ini bagiku sungguh menyakitkan. Ruang yang mengingatku pada masa jayaku yang telah usai sejak dua bulan lalu.

- Iklan -

Kuangkat satu kruk dan mengarahkannya ke lemari kaca. Ternyata aku bisa melakukannya. Ya, lebih baik kupecahkan saja kaca ini. Aku akan banting semua trofi dan medali yang tidak berguna itu. Buat apa lagi? Piala itu? Piagam itu? Medali itu? Dengan kaki yang tinggal sebelah aku bisa apa? Bisa apa, Tuhan?

“Ayo pecahkan!” Ada bisikan yang kuat di telingaku. Aku menangis lagi.

“Arel! Apa yang kamu lakukan?” Mama berteriak dari balik pintu. Mama berlari ke arahku.

“Hentikan! Arel, hentikan!”

Mama menangis dan mengambil dua kruk dari tanganku. Mama mendorong tubuhku ke kursi roda. Mama memelukku erat-erat. Lekat-lekat.

“Ayo, mama antar kamu ke kamarmu!”

“Kamu tak boleh berlama-lama di ruangan ini… sayang.” “Mama tahu perasaanmu.”

Mama mendorong pelan kursi roda menuju kamarku. Mama menyuruhku minum obat. Uh, bosan! Aku sangat bosan!

Satu tahun kemudian, depresiku telah sembuh. Aku memutuskan berhenti sekolah. Aku berhenti di kelas tujuh. Aku memutuskan hubungan dengan teman- teman dan guru-guruku. Aku belajar dengan metode home schooling. Aku ingin menjadi dokter. Mama mencarikan guru terbaik untuk mengajarku di rumah.

Tubuh ini boleh cacat. Tapi tidak dengan otakku. Dengan otak inilah aku bisa sampai pada situasi saat sekarang ini.

Semua anak berlarian ke arahku. Salah satunya anak perempuan yang manis.

“Terima kasih ya, kak. Sepatu roda pemberian kakak membuat aku menjuarai lomba sepatu roda di Padang.”

“Iya sayang. Selamat, ya! Kamu hebat!” Sambutku. Ada seorang anak lagi yang berlarian ke arahku. “Kak Arel, boleh aku pinjam bukunya?” Tanyanya.

Aku tersenyum dan memutar kursi roda menuju lemari kaca yang mirip etalase. Lemari kaca itu dulunya berisi piala dan medali. Namun sekarang berisi buku-buku karyaku.

“Ini sayang.” Kataku sambil menyodorkan buku dengan judul “Cara Cepat Belajar Taekwondo. Karya Arelia ”

“Terima kasih kak.” Jawabnya girang.

Masih banyak buku-buku karyaku yang lain. Aku juga membuat channel youtube. Kontennya tentang tutorial semua. Ada tutorial taekwondo, tutorial sepatu roda dan tutorial renang. Selain itu, setiap tiga hari sekali , aku membuka les gratis menulis. Menulis cerita, menulis buku dan menemani adik-adik belajar berhitung.

Aku tersenyum lebar menjalani hidupku yang penuh arti. Dari balik kursi roda ini, aku masih bisa berbuat banyak membuat hidup lebih berarti.

Alhamdulillah. Aku masih mampu bangkit dari jalan hidupku yang hampir goyah. Aku merasa hidupku sangat dibutuhkan oleh mereka. Siapa mereka? Anak-anak kecil di panti asuhan yang sangat bersuka cita dengan kehadiran kakak angkat mereka, yaitu, Aku.

Penulis : Aurelly Nada Salsabilla

Aurelly Nada Salsabilla

  

 

 

 

 

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU