Alkisah, di sebuah desa hiduplah seorang gadis bernama Diana. Diana tinggal di sebuah gubuk yang sudah reyot. Diana tinggal bersama dengan neneknya yang sudah tua yang bernama Nek Sumi.
Nek Sumi bekerja di ladang perkebunan kelapa sawit milik Pak Tono. Setiap harinya Nek Sumi mendapatkan upah dari pak Tono sebesar Rp. 15.000,-. Dengan pendapatan Nek Sumi tersebut tidak mencukupi kebutuhan Sehari-harinya bersama dengan cucunya Diana.
Dengan keadaannya itu maka Diana berinisiatif ingin membantu meringankan beban neneknya dengan usaha kecil-kecilan yakni menenun sarung dan berencana menjualnya. Setiap harinya, Diana bisa menyelesaikan tenunan sarung sebanyak 5 lembar dan akan dijual di pasar-pasar terdekat.
Meskipun sarung Diana terbilang sangat sedikit tapi sarung Diana merupakan sarung yang paling laku dan popular di pasaran, karena sarung buatan Diana terbilang murah. Selain itu, kain sarungnya yang halus serta motif sarungnya yang indah dan warnanya bagus-bagus.
Sehingga banyak diminati dan disukai oleh pembeli. Ada banyak pembeli yang berminat membeli sarung Diana mulai dari warga lokal maupun turis-turis dari manca Negara.
Terlihat dari hari ke hari permintaan sarung tenunan Diana semakin meningkat, sehingga Diana tidak bisa mengerjakannya sendiri. Karena permintaan sarung Diana yang cukup banyak tersebut , maka Diana mulai memperkerjakan 5 orang pekerja.
Nana, Bu Lia, Mbak Lisa, Pak Harto dan Pak Herdin. Mereka adalah pekerja yang rajin dan ulet seperti Diana sehingga tidak sulit untuk diajak kerja sama.
Dengan Kemajuan usaha Diana menyebabkan penenun di desa itu merasa iri, Terutama penenun yang bernama Bu Ani. Bu Ani sudah lama menekuni usaha tenun tapi usahanya tidak semaju dengan usaha Diana.
Sehingga Bu Ani selalu mencari cara untuk menjatuhkan usaha Diana. Tetapi Diana selalu Diam dan tersenyum menghadapi sikap bu Ani. Hal itu membuat Bu Ani semakin geram pada Diana.
” Mengapa Sarung tenun Diana Selalu laku?” Ucap Bu Ani.
“Apa yang harus saya lakukan agar usaha Diana bangkrut dan tidak disukai oleh orang-orang,” Guman Bu Ani.
Tiba-tiba ide jahat terlintas dibenak Bu Ani. “Aku punya ide lebih baik kubakar saja toko Diana,” Guman Bu Ani Dalam Hati sambil tertawa.
Pada tengah malam yang sunyi dan senyap saat orang-orang terlelap dalam tidurnya. Bu Ani pun melaksanakan niat jahatnya bersama karyawannya dengan membakar toko Diana secara diam-diam.
Keesokan harinya saat Diana terbangun tiba-tiba datang Bu Lia terengah-engah.
“Non. Non Diana Toko sarung Non Diana terbakar,”ucap Bu lia.
“apa. serius Bu?” Tanya Diana Tidak percaya.
“Serius non, kalau non tidak percaya, mari ikut ibu ke toko untuk melihatnya non !” Ucap Bu Lia sambil menarik tangan Diana.
Sesampainya Diana Di depan tokonya alangkah terkejutnya Diana melihat tokonya terbakar. Tokonya terbakar habis tanpa tersisa sedikitpun. Di sana juga ada Mbak Nana, Mbak Lisa, Pak Harto, Nek Sumi dan Pak Herdin mereka lebih dulu tahu dan bergegas melihatnya. Merekapun sangat terkejut menyaksikan toko Diana yang terbakar habis.
“Astaga. Bagaimana ini bisa terjadi? “Ucap Diana.
Tiba-tiba Bu Ani datang dan berkata pada Diana.
“Ya ini karma buat kamu karena sudah menyaingi toko saya!”Ucap Bu Ani dengan sombongnya.
Setelah berkata begitu Bu Ani langsung meninggalkan Diana Yang hanya diam memandang tokonya yang terbakar habis. Sepeninggal Bu Ani , Mbak Nana mendekati Diana dan berkata ”Jangan-jangan kebakaran toko ada kaitannya dengan Bu Ani!”.
Hus.. Jangan berkata begitu Nana. Jangan menfitnah orang kalau tanpa bukti, mungkin ini cobaan buat saya,”Ucap Diana pada Nana.