Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang ke-23 tahun 2018, Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti menggandeng Universitas Hasanuddin (Unhas) menyelenggarakan Forum Inovasi Industri Pangan dan Kesehatan.
Forum yang dirangkaikan dengan pameran produk inovasi teknologi pangan dan kesehatan hasil riset dan inovasi lembaga litbang dan perguruan tinggi (Mini-Expo) ini mengusung tema, “Pengembangan Klaster Inovasi untuk Mendukung Industri Pangan dan Kesehatan”.
Forum yang berlangsung selama dua hari ini, 27 – 28 September 2018, bertujuan untuk mengkanalisasi dan mengakselerasi hilirisasi produk inovasi pangan dan kesehatan hasil riset dan inovasi perguruan tinggi dan lembaga litbang agar dapat dimanfaatkan oleh industri dan masyarakat.
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Dr Ir Jumain Appe, M Si., menegaskan bahwa untuk mengurai berbagai permasalahan menghilirisasi hasil penelitian produk inovasi kesehatan dan ketahanan pangan dibutuhkan kesepahaman kolektif sehingga diperlukan masukan.
“Tidak hanya dari kementerian sebagai pembuat regulasi di tingkat pusat, tapi juga butuh masukan dari stakeholder pangan dan kesehatan serta pelaku industry,” kata Jumain.
Untuk itu, Jumain berharap melalui forum inovasi industri pangan dan kesehatan ini dapat menghasilkan rekomendasi rencana aksi dan formulasi kebijakan untuk mendorong peningkatan produktivitas dan nilai tambah komoditas pangan serta strategi menyiapkan bahan baku obat untuk mendukung kebutuhan obat nasional.
Industri juga mesti memiliki keberpihakan terhadap pemanfaatan hasil riset dan inovasi perguruan tinggi dan lembaga litbang. “Kedepan diperlukan ‘pendekatan’ simbiosis mutualistik antara program riset dan inovasi perguruan tinggi/lembaga litbang dengan industri melalui berbagai program intermediasi, capacity building, pendanaan/insentif inovasi dan kebijakan yang terintegrasi. Dalam konsep dan implementasi pengembangan klaster inovasi, kehadiran pemerintah selaku ‘driven innovation’ melalui kepemimpinan dan kebijakan yang inovatif sangat dibutuhkan untuk membina iklim kondusif sehingga tercipta kolaborasi yang sinergis antar aktor inovasi,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor Unhas, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu dalam sambutannnya berharap forum ini dpt memontivasi para peneliti agar hasil risetnya sampai pada level 9, saat ini masih di level 6. Karenanya butuh jaringan dengan industri.
“Produk-produk hasil inovasi lokal yang sudah kami kembangkan diantaranya produk garam, gula aren, rumput laut dan beras lokal untuk penderita diabetes. Hasil inovasi tersebut diharapkan dapat dimanfaat industri utk diproduksi secara masal,” tutup Rektor. (FP)