Gaya Hijrah Umar Bin Khattab, Sahabat Rasulullah SAW

Oleh:Ustadz Armin Pane Alkindi Anggota GMI (Gerakan Muballigh Islam) Lampung

Setelah cukup lama, terdengarlah berita besar tentang masuk Islamnya Umar bin Khoththob, di kalangan para Muhajirin di negeri Habasyah (sekarang: Ethiopia). Mengetahui hal itu maka mereka segera kembali ke Makkah.

Namun dikala itu penduduk Makkah, pemimpin-pemimpin, para penasehat dan para penguasa yang ada di sana masih belum mempunyai rasa kasih sayang terhadap kaum muslimin dan belum bisa menerima perkembangan yang ada.

Mereka masih tetap berusaha meningkatkan aksinya untuk mempersempit perjuangan ummat Islam. Mereka masih teguh pendiriannya untuk terus menyakiti ummat Islam dengan beraneka cara.

Dikala Allah telah memberi izin kepada Rosululloh sholalloohu ‘alaihi wa sallam untuk hijrah ke Madinah, maka beliau sholalloohu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa hijrahnya kaum muslimin sebelum itu adalah telah memperoleh keselamatan untuk memotivasi para Muhajirin yang berangkat hijrah ke Madinah.

Begitulah tuntunan dan nasehat yang dinyatakan oleh beliau sholalloohu ‘alaihi wa sallam.Hijrahnya Umar ke Madinah dilakukannya dengan cara berbeda dan sangat aneh.
Sebab kebanyakan kaum muslimin waktu hijrah ke Madinah, keluar dengan cara menyamar dari Makkah, berkelompok-kelompok dan saling jaga menjaga. Akan tetapi Umar berhijrah tidak sama dengan saudara-saudaranya seiman itu.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Senin, 21 Oktober 2024: Sifat Impulsif Merintangi Perkembangan Kemuridan

Dimana, keberanian dan kekerasannya seakan-akan tidak rela bila ia keluar dengan cara menyamar di waktu malam atau bersama seseorang..Apalagi setelah mengetahui perlakuan kaumnya terhadap Rosululloh sholalloohu ‘alaihi wa sallam sewaktu beliau akan hijrah yang beliau akan dibunuh oleh pemuda-pemuda yang merupakan wakil dari setiap kabilah yang ada di Makkah. Yang hal ini tentunya membuat Umar sangat geram.

Maka beraksilah Umar ketika dia akan memulai perjalanan hijrahnya. Ia menyandang pedangnya, memanggul busur panah, membawa panah di tangannya dan melipat tongkatnya. Kemudian ia berjalan melewati arah Ka’bah, padahal para pemimpin Quraisy sedang berada di halaman Ka’bah waktu itu.

Sesampai di Ka’bah ia bertawaf di sekelilingnya tujuh kali dengan mantap.Setelah itu ia mendatangi makam Nabi Ibrohim ‘alaihis salam dan mengerjakan sholat di situ.
Selanjutnya ia berdiri di muka kalangan kaum Quraisy itu seraya berkata lantang kepada mereka dengan nada sinis:”Siapa yang akan meninggalkan ibunya,atau meyatimkan anaknya,atau menjadikan janda isterinya,maka baiklah menemui saya di belakang lembah ini”.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Selasa, 15 Oktober 2024: Kunci dalam Pesan/Berita Pengabar Injil

Setelah itu Umar meneruskan perjalanannya sedangkan kaum Quraisy terkunci mulutnya dan terdiam seribu bahasa. Umar tiba di Madinah setelah merasa letih dan dahaga lagi susah payah.

- Iklan -

Dia beberapa hari merasa sangat rindu untuk bertemu dengan Rosululloh sholalloohu ‘alaihi wa sallam yang sepanjang perjalanan ia senantiasa berusaha mencari tahu beritanya, hingga sampai pada hari yang mulia yang ia akan dapat bertemu dengan Rosululloh sholalloohu ‘alaihi wa sallam

Sesampainya di Madinah, berita kedatangannya menyebar dari mulut ke mulut. Dan, serombongan kaum muslimin segera menjemputnya dengan penuh penghormatan.
Di kala itu Umar tak dapat menahan cucuran air matanya yang mengalir dengan deras karena rasa riang dan gembira yang tak terhingga.

Apalagi setelah dia melihat orang yang sangat dicintainya, yang ia cintai melebihi siapapun dari selain Allah, yaitu Muhammad Rosululloh sholalloohu ‘alaihi wa sallam, berdiri dalam keadaan sehat wal afiat menyambut kehadirannya dengan senyum yang lebar seraya merentangkan tangan.

Rosululloh sholalloohu ‘alaihi wa sallam memeluk Umar dengan pelukan penghormatan yang amat sangat hangat. (P/wa/ana)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU