FAJARPENDIDIKAN.co.id – Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin menggelar Webinar Internasional Seri 4 yang menjadi rangkaian peringatan Dies Natalis ke-38 FKM Unhas yang telah dirayakan puncak acaranya pada 7 November 2020 lalu.
Webinar yang dilaksanakan pada Sabtu 5 November2020 ini mengusung tema: “Menatap Masa Depan dari Window of Opportunity Baduta” dan terbagi menjadi dua sesi.
Pada sesi pertama, salah satu pematerinya yaitu Prof. Eline van der Beek dari University of Gronigen, Netherland dengan judul materi: “Pertumbuhan & Perkembangan Selama 1000 Hari Pertama: Peran Kesehatan Ibu & Status Gizi”.
Dalam pemaparan materinya, Prof. Eline menyampaikan betapa pentingnya peran kesehatan ibu dan status gizi selama 1000 HPK dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Pada LifeLines PeriNed Cohort: Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu, paritas, dan jenis kelamin anak menunjukkan hubungan yang kuat dengan berat lahir dibandingkan asupan makronutrien ibu.
Asupan polisakarida pada masa prakonsepsi memiliki korelasi dengan berat lahir, namun tidak bergantung pada asupan energi dan karakteristik ibu.
Analisis regresi untuk wanita dengan IMT terendah menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara asupan protein hewani, lemak, total karbohidrat, monosakarida, disakarida, dan polisakarida terhadap berat lahir.
Asupan “produk pemanis buatan” pada masa prakonsepsi menunjukkan hubungan dengan kenaikan berat lahir lebih yang tinggi.
Obesitas pada masa kanak-kanak berhubungan dengan: Asupan protein terlalu dini, Asupan tinggi protein pada usia 2 tahun, Asupan tinggi energi pada usia 9-24 bulan, Asupan lemak yang rendah pada usia 2 tahun dikaitkan dengan peningkatan adipositas di masa dewasa awal. Lipid menyediakan 45-60% energi ASI dan kontribusi lemak selama masa laktasi sangat penting. Berdasarkan rekomendasi EFSA berikut persentase asupan lemak pada masa laktasi: 0-6 bulan: 50-55% dari total energi, 6-12 bulan: 40% dari total energi 12-36 bulan, 35-40% dari total energi
“Perlu kita ketahui bahwa anak-anak membutuhkan lima kali lebih banyak zat gizi dibandingkan orang dewasa,” jelas Prof. Eline.
Selain itu, sambungnya, masih banyak makanan pendamping yang tidak adekuat. Tidak adekuatnya MP-ASI disebabkan oleh beberapa faktor berikut: Kualitas makanan buruk, Keragaman makanan rendah, Rendahnya asupan makanan sumber hewani, Praktik yang tidak memadai, Frekuensi pemberian makan yang jarang, Metode pemberian makan yang buruk, Persiapan dan penyimpanan makanan yang kurang baik, Praktik kebersihan yang buruk
Dalam webinar ini, Prof. Eline juga menyampaikan “We eat food not nutrient” yang berarti kita terkadang hanya sekadar makan saja, tetapi tidak mementingkan kandungan zat gizinya.
Sebagai kesimpulan, Prof. Eline mengatakan bahwa praktik diet selama periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk ibu dan anak masih jauh dari optimal di berbagai negara.
Pada fase perkembangan di awal kehidupan terdapat kebutuhan zat gizi yang secara khusus harus dipenuhi untuk mengoptimalkan tumbuh-kembang.
Pemenuhan kebutuhan zat gizi yang tidak adekuat pada Window of Opportunity dapat menyebabkan dampak jangka panjang yang buruk sehingga pengetahuan tentang gizi seimbang selama periode 1000 HPK harus ditingkatkan sebab memiliki relevansi yang besar untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat.