FAJARPENDIDIKAN.co.id – Senin, 17 Agustus 2020, tepat pukul 09.00 Wita, detik-detik proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia diperingati oleh seluruh warga Sekolah Islam Athirah Bone. Peringatan kemerdekaan yang ke-75 tahun tersebut dilakukan secara virtual melalui aplikasi zoom yang juga ditayangkan langsung di kanal youtube Sekolah Islam Athirah Bone. Di bawah koordinasi OSIS, acara ini telah dipersiapkan beberapa hari sebelumnya hingga dapat terlaksana dengan lancar sampai akhir acara.
Mengawali kegiatan, panitia membunyikan sirene. Peserta uapacara pun mempersiapkan diri dan fokus melihat ke layar masing-masing. Dalam balutan pakaian bernuansa merah putih, mereka tampak begitu khidmat dan serius mengikuti jalannya upacara. MC pun membaca satu persatu susunan acara dan semuanya terlaksana dengan begitu rapi, mulai dari nyanyian lagu Indonesia raya, hening cipta, orasi kemerdekaan, sampai pada pembacaan doa.
Orasi kemerdekaan yang dibawakan oleh wakil direktur Wilayah 3, Syamsul Bahri, S.Pd.I., begitu membakar semangat peserta upacara. Ada banyak pesan kemerdekaan yang disampaikan.
“Kemerdekaan adalah perjuangan tanpa henti. Jika kalian berhenti berjuang itu artinya kalian belum meredeka. Sejatinya yang abadi adalah perjuangan, bukan kemerdekaan,” ungkapnya.
Hal itu disampaikan secara berulang dan penuh ketegasan hingga tampak semangat yang membuncah dari peserta upacara.
Menariknya lagi, orasi yang disampaikan tak hanya memberi semangat, tapi juga menyayat hati dan mendorong siapapun yang mendengarnya untuk mengenang kembali jasa para pahlawan dan mengambil pelajaran yang bermakna.
“Apakah software kemerdekaan sudah diinstal dalam diri? Jika belum, segera merenung lalu temui Soekarno, ambil semangatnya. Semangat yang mampu membawa Indonesia meraih kemerdekaan. Setelah itu, temui Bung Hatta, ambil hatinya. Hati yang juga mampu membawa Indonesia pada kemerdekaan. Temui pula Pattimura, lihat goloknya. golok yang membuat para penjajah lari terbirit-birit. Lihat pula Sultan Hasannuddin. Ia pun mampu mengusir penjajah,” tambahnya.
Pesertapun tampak terhenyak dan merenungi lebih dalam akan orasi yang baru saja didengarnya. Hal itu memberi warna tersendiri dalam upacara vitual yang diadakan meski pelaksanaannya sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dan penuh keterbatasan. Namun demikian, esensi untuk mengenang kembali proklamasi kemerdekaan dan merenungi jasa para pahlawan tetap terasa. Semangat kemerdekaanpun tampak begitu bergelora dalam diri peserta upacara.
Laporan: Andi Reski Citra Rahmayani