Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim mengapresiasi guru-guru SMA Negeri 2 Cianjur yang mampu mengelola peserta didiknya dengan baik sehingga aman dari dampak gempa yang melanda Kabupaten Cianjur pada Senin (22/11).
“Saya mengapresiasi guru-guru yang mengamankan siswa saat terjadi bencana, sampai tidak ada korban jiwa sama sekali. Inilah yang disebut pahlawan karena bisa memastikan siswanya yang sedang belajar bisa berada di tempat aman,” disampaikan Mendikbudristek usai menyerahkan bantuan tanggap darurat bencana di Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Cianjur, Rabu (23/11).
Lebih lanjut, Nadiem menyampaikan bahwa Kemendikbudristek akan terus berupaya menghadirkan berbagai dukungan untuk mempercepat pemulihan satuan pendidikan dan warga pendidikan dari dampak gempa. Perbaikan bangunan sekolah akan segera dikoordinasikan dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Tak luput, Mendikbudristek menyampaikan bahwa untuk memenuhi hak belajar anak, beragam moda pembelajaran dapat diterapkan dalam masa tanggap darurat ini. Kewenangan pengelolaannya menyesuaikan situasi dan kondisi peserta didik, pendidik, dan sarana yang ada. Pengaturannya akan dikembalikan kepada Dinas Pendidikan setempat sesuai kewenangannya.
“Namun, kita harus utamakan keselamatan dan pemulihan dari trauma akibat bencana yang dialami. Saya rasa itu yang utama saat ini,” tutur Nadiem.
Sebelumnya, saat mendampingi Mendikbudristek meninjau bangunan sekolah yang rusak akibat gempa, Kepala SMA Negeri 2 Cianjur, Haruman Taufik mengungkapkan bahwa sekolahnya terdampak dua kali gempa. Gempa pertama tidak membuat bangunan sekolah rubuh.
Saat itu, jelas Haruman, para guru dengan sigap menginstruksikan seluruh peserta didik untuk meninggalkan ruang kelas dan berkumpul di lapangan. Lalu, setelah gempa kedua atau susulan, barulah membuat kerusakan yang lebih parah, terutama enam ruang kelas di lantai dua.
“Saya salut dengan kesigapan para guru yang segera membawa anak-anak ke tempat aman,” ujarnya. Lebih lanjut, Haruman menekankan bahwa siapa pun dalam situasi bencana harus tetap tenang agar bisa mencari solusi.
Selain kerusakan enam kelas di lantai dua, fasilitas belajar di kelas juga mengalami kerusakan. Pada masa tanggap darurat ini, para guru masih fokus untuk penyembuhan atas trauma yang dirasakan. Sehingga proses pembersihan dan pendataan fasilitas yang rusak belum dilakukan.
“Harapan saya anak-anak tetap sabar dan kuat menghadapi musibah ini dan tidak kehilangan semangat untuk segera bangkit kembali menuntut ilmu,” kata Haruman.
Menteri Nadiem sangat bersyukur karena satuan pendidikan kini semakin memahami pentingnya tanggap bencana. “Mari kita ciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman untuk semua,” ujarnya.
Upaya membangun budaya siaga dan aman di sekolah, serta untuk membangun ketahanan dalam menghadapi bencana terus dilakukan Kemendikbudristek melalui program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) yang dipayungi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2019.
Aturan ini menjadi panduan bagi sekolah untuk menegakkan tiga pilar SPAB, yaitu 1) Fasilitas sekolah aman; 2) Manajemen bencana di sekolah; 3) Pendidikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana. (*)