Gerhana Bulan Total Malam Ini, Cara Shalat dan Amalan yang Dilakukan

Gerhana Bulan, Tunggu Kemunculannya Hari ini, Mulai Pukul 16;09;13 di Seluruh Indonesia
Gerhana Bulan, peristiwa alam yang sangat langka tejadinya, jangan disia-siakan kemuculannya hari ini di seluruh Indonesia.

Sumber Almanak Islam yang dikeluarkan oleh PP Persatuan Islam (Persis) memprediksikan waktu kemunculannya. Awal Gerhana mulai pukul 16:09:13 WIB. Awal totalnya, 17:16:39 WIB. Pertengahan Gerhana, 17:59:09 WIB. Akhir total, 18:41:39 WIB. Dan Akhir Gerhana 19:49:04 WIB.

Daerah-daerah yang dilewati mulai awal kemunculannya, pada pukul 18.42 :Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu, pada kontak Umbra 3 (U3). Pada pukul 17:16 WIB, 18:16 WITA dan 19:16 WIT. Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, GBT dapat dilihat pada kontak Umbra2(U2).

- Iklan -

Pada pukul 17.59 WIB : Riau, Jambi, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Jawa Timur dan Kalimantan Barat.

Pada pukul 18.08 WIT : Papua, Papua Barat, dapat melihat Gerhana Bulan Total pada kontak Umbra 1 (U1.KAIFIYAH)

Kemunculan Gerhana, sebaiknya disambut dengan shalat GERHANA. Shalat Kusuf (di waktu ada Gerhana Matahari) dan Khusuf (di waktu ada Gerhana Bulan). Hal Yang Berkaitan Dengan Terjadinya Gerhana; Pada waktu terjadinya selain Shalat Gerhana dua raka’at, ada perintah:

- Iklan -
  1. Berkhutbah seperti khutbah Jum’at, tetapi tidak ada duduk antara dua khutbah, hanya sekali khutbah. Setelah shalat dengan memberi nasihat apa yang perlu di waktu itu, menerangkan kekuasaan Allah Azza wa Jalla yang Maha Besar, dan mengingatkan, bahwa gerhana itu terjadinya bukan karena mati atau hidupnya seseorang. Melainkan salah satu dari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. yang ditunjukkan kepada kita.
  2. Membanyakan menyebut asma Allah (bertakbir) dengan mengingat kekuasaan-Nya.
  3. Berdo’a meminta sekalian apa yang hendak diminta, dan minta ampun dari dosa.
  4. Bershadaqah
  5. Memerdekakan hamba sahaya, kalau ada.

Cara Shalat Gerhana

Menurut Udstads Heri Jauhari, shalat gerhana itu, dua raka’at berjama’ah dengan tidak ada adzan dan iqomah. Shalatnya seperti Shalat Shubuh, tetapi di tiap-tiap raka’at ditambah satu ruku’, yaitu sesudah bangkit dari ruku’ dengan membaca “Sami’allahu liman hamidah” dan “Rabbanaa walakal hamdu”.

Terus berdiri dan dilanjutkan membaca al-Fatihah dan Surat lagi. Sesudahnya kemudian ruku’ lagi, lalu bangkit dari ruku’, lalu sujud lalu duduk lalu sujud, demikianlah selanjutnya pada raka’at kedua. Jadi Shalat Gerhana itu dua raka’at dengan empat ruku’ dan empat sujud.

Dalil-dalil Shalat Gerhana

- Iklan -

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ الشَّمْسَ خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَبَعَثَ مُنَادِيًا بِالصَّلاَةُ جَامِعَةٌ، فَتَقَدَّمَ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِى رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ.

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha (berkata): “Bahwasanya Matahari terjadi gerhana pada masa Rasulullah ﷺ lalu beliau mengutus penyeru mengajak orang-orang berkumpul untuk shalat. Kemudian beliau berdiri shalat empat ruku’ dalam dua raka’at dan empat sujud.” ≈H.R. al-Bukhari: 1066 & Muslim: 2131≈

.عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى حَيَاةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَخَرَجَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِلَى الْمَسْجِدِ فَقَامَ وَكَبَّرَ وَصَفَّ النَّاسُ وَرَاءَهُ، فَاقْتَرَأَ رَسُولُ اللهِ ﷺ قِرَاءَةً طَوِيلَةً ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: « سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ » . ثُمَّ قَامَ فَاقْتَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً هِىَ أَدْنَى مِنَ الْقِرَاءَةِ الأُولَى ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً هُوَ أَدْنَى مِنَ الرُّكُوعِ الأَوَّلِ ثُمَّ قَالَ: « سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ». ثُمَّ سَجَدَ ، ثُمَّ فَعَلَ فِى الرَّكْعَةِ الأُخْرَى مِثْلَ ذَلِكَ حَتَّى اسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ ، وَانْجَلَتِ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَنْصَرِفَ ثُمَّ قَامَ فَخَطَبَ النَّاسَ فَأَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ قَالَ: « إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَافْزَعُوا لِلصَّلاَةِ »

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Selasa, 29 Oktober 2024: Penggantian (Substitusi)

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Pernah terjadi gerhana Matahari pada masa Rasulullah ﷺ. Lalu Raslullah ﷺ keluar ke masjid kemudian berdiri dan bertakbir dan orang-orang pun berbaris di belakangnya. Lalu beliau membaca dengan bacaan yang panjang kemudian takbir sambil ruku’ dengan ruku’ yang panjang.

Kemudian mengangkat kepalanya sambil mengucapkan ‘Sami’allahu liman hamidah, rabbanâ lakal hamdu’. Lalu beliau berdiri lalu membaca dengan bacaan yang panjang tetapi kurang dari bacaan yang pertama, kemudian takbir sambil ruku’ dengan ruku’ yang panjang tetapi kurang dari ruku’.

Yang pertama, (kemudian mengangkat kepalanya) sambil mengucapkan ‘Sami’allahu liman hamidah, rabbanâ lakal hamdu’ lalu beliau sujud (dua kali sujud) kemudian beliau melakukan pada raka’at yang selanjutnya seperti itu hingga sempurna dikerjakan empat raka’at dan empat sujud.

Dan gerhana Matahari pun berakhir sebelum beliau berpaling. Kemudian beliau berdiri dan berkhutbah memuji dan menyanjung Allah dengan sepantasnya, dan beliau bersabda: “Sesungguhnya Matahari dan Bulan itu dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak gerhana dikarenakan kematian dan hidupnya seseorang, maka apabila kalian melihatnya hendaklah bersegera melaksanakan shalat (gerhana).” ≈H.R. al-Bukhari: 5197 & Muslim: 2129≈

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ النَّبِىَّ ﷺ جَهَرَ فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِى رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ.

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha (ia berkata): “Bahwasanya Nabi ﷺ mengeraskan bacaannya pada shalat gerhana, beliau shalat empat ruku’ dalam dua raka’at dan empat sujud.”* ≈H.R. al-Bukhari: 1065 & Muslim: 2131≈

Anjuran Bershadaqah, Istighfar, Dan Dzikir Pada Kejadian Gerhana, Dan Keluar Waktu Selesai Shalat Dengan Keadaan Terang.

عَنْ أَسْمَاءَ رضي الله عنها قَالَتْ: لَقَدْ أَمَرَ النَّبِىُّ ﷺ بِالْعَتَاقَةِ فِى كُسُوفِ الشَّمْسِ.

Dari Asma’ Radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Sungguh Nabi ﷺ memerintahkan memerdekakan hamba sahaya pada hari terjadi gerhana Matahari.” ≈H.R. al-Bukhari: 1054≈

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ النَّبِىَّ ﷺ قَالَ: « إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا »

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha: Bahwasanya Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Matahari dan Bulan itu dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak terjadi gerhana dikarenakan kematian dan hidupnya seseorang, maka apabila kalian melihatnya hendaklah berdo’a kepada Allah SWT., bertakbir, shalat, dan bershadaqah.” ≈Muttafaq Alaih≈

عَنْ أَبِى مُوسَى رضي الله عنه قَالَ: خَسَفَتِ الشَّمْسُ ، فَقَامَ النَّبِىُّ ﷺ فَزِعًا ، يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ ، فَأَتَى الْمَسْج ، فَصَلَّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ رَأَيْتُهُ قَطُّ يَفْعَلُهُ وَقَالَ « هَذِهِ الآيَاتُ الَّتِى يُرْسِلُ اللهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، وَلَكِنْ يُخَوِّفُ اللهُ بِهِ عِبَادَهُ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ »

Baca Juga:  Seruan Malaikat untuk umat Berusia 40, 50 dan 60 Tahun

Dari Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Telah terjadi gerhana Matahari, (di zaman Nabi ﷺ) maka Nabi ﷺ berdiri dengan terkejut, beliau khawatir terjadi kiamat, lalu beliau menuju masjid, kemudian beliau shalat dengan berdiri, ruku’, dan sujud yang sangat lama, saya melihat beliau melakukannya, kemudian beliau bersabda:

“Ini adalah tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang Allah tunjukkan bukan dikarenakan kematian seseorang dan hidupnya, tetapi Allah pemperingatkan hamba-hamba-Nya dengannya, maka apabila kalian melihat sesuatu dari itu maka bersegeralah bangun untuk mengingat-Nya, berdo’a kepada-Nya, dan memohon ampun (dari dosa dan kesalahan) kepada-Nya.” ≈H.R. al-Bukhari: 1059 & Muslim: 213.

7 Amalan saat Gerhana Bulan

Sedikitnya ada 7 amalan yang sebaiknya dilakukan, pada saat momen terjadinya Gerhana.

  1. Sholat gerhana .Kamaruddin menyarankan umat Islam yang mampu melakukan sholat gerhana. Tentunya ibadah sunnah dilakukan sesuai protokol kesehatan.
  2. Memperbanyak zikir. Zikir adalah upaya mengingat Allah SWT yang kebesarannya ditunjukkan dalam peristiwa gerhana bulan. Selain gerhana, seorang muslim bisa melakukan zikir tiap saat.
  3. Berdoa. Dalam hadist yang diceritakan Abu Musa, muslim yang menyaksikan gerhana diingatkan untuk mengingat Allah SWT. Hadist yang diriwayatkan Bukhari itu juga mengingatkan untuk berdoa dan mohon pengampunan.
  4. Memperbanyak istighfar. Membaca istighfar bisa dilakukan tiap saat termasuk gerhana. Istighfar membantu muslim mengingat Allah SWT, kebesaranNya, dan keinginan mohon ampunan.
  5.  Taubat. Imam al-Ghazali dalam buku berjudul Al-Adab fid Din menyebutkan beberapa adab menyambut gerhana bulan. Yaitu: memiliki dan rasa takut, segera bertobat, tidak mudah bosan, segera melaksanakan sholat.
  6. Memberi sedekah sedekah. Perintah bersedekah saat gerhana diingatkan dalam hadist yang diceritakan Aisyah RA dan diriwayatkan Abu Daud. Perintah lainnya adalah segera berdoa, takbir, dan sholat.
  7. Melakukan amal-amal kebajikan lainnya. Selain yang telah disebutkan, tiap muslim bisa melakukan amal kebajikan lainnya saat gerhana. Semoga mendapat balasan setimpal dari Allah SWT.

Rilis dari Kemenag tersebut juga menyebutkan hadist tuntunan Islam saat gerhana. Berikut hadistnya,

حَدَّثَنَا أَبُو الوَلِيْد قَالَ حَدَّثَنَا زَائِدَةُ قَالَ حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ عِلَاقَةِ قَالَ سَمِعْتُ الْمُغِيْرَةُ بْنِ شُعْبَةِ يَقُوْلُ اِنْكَسَفَتْ الشَّمْسُ يَوْمَ مَاتَ اِبْرَاهِيْمُ فَقَالَ النَّاسُ اِنْكَسَفَتْ لِمَوْتِ اِبْرَاهِيْمُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَأَيَتَانِ مِنْ أَيَاتِ اللهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُواهُمَا فَادْعُوا اللهِ وَصَلّوا حَتَّى يَنْجَلِيَ

Telah menceritakan kepada kami, Abu Al Walid berkata, telah menceritakan kepada kami, Zaidah berkata, telah menceritakan kepada kami, Ziyad bin ‘Ilaqah, dia berkata: “Aku mendengar Al-Mughirah bin Syu’bah berkata, “Telah terjadi gerhana matahari ketika wafatnya Ibrahim.

Kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan ia tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana keduanya, maka berdoalah kepada Allah dan dirikan salat hingga (matahari) kembali nampak.” (HR Bukhari).

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU