Kisah ini terinspirasi dari sepenggal pengalaman hidupku, namun sangat sulit terlupakan karena kulalui dengan penuh perjuangan dan proses yang panjang. Kisah ini mengingatkan diriku untuk selalu kuat, tabah, dan sabar serta ikhlas dalam menjalani masa sulit akan kehidupanku yang berkaitan erat dengan waktu.
Memang benar Adagium mengenai “Waktu adalah uang” waktu bisa menjadi berharga ketika kita bisa menyikapi waktu dengan baik. Dengan waktupun bisa menyembuhkan sebuah luka yang sangat perih untuk disimpan dan dikenang.
Ternyata dengan waktu pula membuatku kuat dan semangat menjalani lika-liku kehidupanku ini. Semua yang terjadi kujalani dengan ikhlas sebagai pembelajaran dalam kehidupan mendatang.
Kisahku ini kuawali dengan perkenalan, menurut kata pepatah “tak kenal maka tak sayang”. Namaku Arzetti Bilbinna Novianti. Biasa dipanggil Zetti, bahkan ketika aku masih dibangku sekolah, teman sekelasku memanggilku dengan nama yang amat singkat.
Yakni “Z”, bagiku tak masalah, mungkin dengan begitu tercipta pertemanan dan keakraban yang baik. Sekilas, namaku memang mirip dengan artis senior ‘Arzeti Bilbina’. Ya, itu benar. Namaku memang mirip, tapi bagus kok. Sempat aku pernah menanyakan kepada Bapakku tentang kisah pemberian nama itu.
“Bapak,kenapa Bapak kasih nama aku Arzetti Bilbinna Novianti? Kok nggak nama lain yang special, yang tidak ada duanya di dunia ini?” Tanyaku kepada Bapak
“Memang apa salahnya dengan nama kamu?Toh,artis ‘Arzeti Bilbina’ itu berprestasi.
Nama kamu juga tidak meniru sepenuhnya, kan ada Noviantinya juga” Jawab Bapak kepadaku.
Aku mengambil kesimpulan, bahwa maksud Bapak menamaiku seperti artis ini dengan maksud menginginkanku untuk berprestasi seperti artis tadi. Ya, walaupun nggak ketularan jadi artisnya sih. Tapi, tak apalah. Yang jelas, pemberian nama dari orangtuaku ini selalu ku syukuri dan aku usahakan untuk menjadi orang yang berprestasi seperti apa yang diinginkan Bapak atas nama itu.
Embun pagi begitu sejuk terasa. Selalu kunikmati kesejukan embun ini di desa tempat tinggalku. Tepatnya habis sholat Shubuh. Berjam-jam akan aku habiskan waktu untuk melamunkan masa depanku yang akupun sendiri tak tahu akan jadi apa aku di masa depan. Ya, aku suka melamun.
Lamunanku ini selalu melayang berhamburan diatas angan-anganku ”apakah kehidupan menyenangkanku di masa depan?”, ” Kehidupan yang serba berkecukupan,bisa memberangkatkan Haji Bapak dan lbuku, yang pasti jadi anak solehah lahhhh” Aku selalu hanya berangan-angan dan belum bergerak untuk berusaha mengimplementasikan lamunanku itu. 1x, 2x selalu ku usahakan untuk adanya sebuah hasil yang nyata dari lamunanku itu. Alhamdulillah Allah maha baik. Perlahan lamunanku berjalan sesuai ekspektasiku.
“Zettiiiiiii!!!” Tiba-tiba lamunanku ambyar seketika. Dan kutengok ke belakang ternyata ada Imel temanku yang menyapaku. Imel adalah temanku, teman dari kecil yang jadi teman curhatku.
“Iya, Imel? Sedang apa kemari?” Tanyaku pada Imel “Aku,mau kita jogging bareng Zett” Jawab Imel “Okelah,Let’s go!” Jawabku kepada Imel
Setelah 30 menit aku jogging tanpa henti, akhirnya pun rasa lelah menghampiri. Kami berdua memutuskan untuk berhenti sejenak, duduk-duduk di pematang sawah sambil menikmati indahnya sunrise di desa kami.
“Setelah SMA kamu mau lanjut kuliah di mana Zett?” Tanya Imel kepadaku “Entahlah Mel? Kamu sendiri bagaimana?” Tanyaku balik pada Imel
“Aku kuliah,kemungkinan di Malang” Jawab Imel
“Good luck, I think you can do it Mel!” Jawabku dengan memberikan semangat pada Imel “Thanks Zett” Jawab Imel
“Ehh iya..Ini udah mau panas. Pulang yuk” Jawabku “Okay” Jawab Imel
Tidak butuh waktu lama untukku dan Imel sampai ke rumah masing-masing. Karena jarak antara rumahku dan Imel dengan area persawahan lumayan dekat. Setelah mandi selepas jogging aku memutuskan untuk belajar. Ya, itu kebiasaanku. Lupa makan, lupa cuci baju tapi nggak lupa pegang Buku. Hahaha..