Penulis, konsultan komunikasi, dan pegiat literasi Maman Suherman bahkan menyebut guru adalah pekerjaan yang sudah setengah jalan ke surga.
Oleh karena itu, maman beranggapan sangat penting untuk menghindari virus 3T mengajar seperti disebutkan pakar Multiple Intelligence, Armstrong. Dikutif dari detikcom, ada tiga hal yang guru harus perhatikan saat mengajar.
3 Hal yang Perlu Dihindari dalam Mengajar
1. Teacher Talking Time/Waktu Berbicara Guru yang Berlebihan
Maman mengingatkan, jangan sampai guru percaya peserta didik yang berhadapan dengan mereka saat mengajar adalah memang sedang belajar. Menurutnya itu belum tentu.
“Karena justru ceramah yang berlebihan, hasil penelitian mengatakan adalah pengantar yang indah buat anak-anak tertidur, melamun, gerah, tidak merasa nyaman,” katanya. Guru perlu menghindari pola pikir di mana yang penting dirinya sudah melaksanakan kewajiban, meskipun peserta didik tidak menyimak.
“Sebisa mungkin verbalisme dikurangi,” ujarnya. Maman mengatakan, jangan sampai siswa hanya belajar secara pasif dan berhenti hanya pada tingkat menghafalkan. Guru juga perlu menyiapkan mental untuk benar-benar berdialog.
2. Tracking
“Hindari betul pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan kognitif,” ujar Maman. Dia menegaskan, kelas tidak boleh menjadi sumber menang dan kalah.
“Kita tidak mau siswa kita tegang dan cemas. Yang pintar dipaksa untuk selalu pintar, yang bodoh dihina sebagai anak bodoh,” imbuhnya. Dia berpendapat, situasi semacam ini dapat menjadikan kelas sebagai tempat saling jegal alih-alih kerja sama.
“Berhenti mengobok-obok anak dengan sematan negatif. Hindari judgement-judgement negatif ketika memberikan pembelajaran,” pungkasnya.
Maman juga berpesan pada para guru untuk melakukan dialog dan bersikap baik dengan peserta didiknya dalam mengajar. “Mari berdialog, tatap muka, pakai hati,” sebut Maman.
3. Task Analysis/Analisis Tugas
Sebisa mungkin guru tidak langsung masuk ke materi begitu memasuki kelas. “Yang dibutuhkan hari ini seorang guru yang mampu memasukkan apa yang dia akan ajarkan dengan praktik sehari-hari tentang apa gunanya (sesuatu),” katanya.
Maman menerangkan, yang dimaksud pada poin kedua ini adalah kemampuan guru menjelaskan urgensi dan manfaat suatu materi, lebih dari sekadar untuk menjawab soal. Dirinya juga menyebut guru saat ini memiliki tugas yang berat karena harus dapat mengkolaborasikan materi yang diajarkan dengan implementasi dan realita sehari-hari.