FAJARPENDIDIKAN.co.id – Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin menggelar Webinar Internasional Seri 4 yang menjadi rangkaian peringatan Dies Natalis ke-38 FKM Unhas yang telah dirayakan puncak acaranya pada 7 November 2020 lalu.
Webinar yang dilaksanakan pada Sabtu 5 November2020 ini mengusung tema: “Menatap Masa Depan dari Window of Opportunity Baduta” dan terbagi menjadi dua sesi.
Pada sesi pertama, salah satu pematerinya yaitu Prof Zalilah Mohd Shariff dari University Putra Malaysia dengan judul materi: “Stunting and Cognitive Development of Young Chlidren – Findings of SECOST”
Pada pemaparan materinya, Prof Zalilah mengungkapkan, 250 juta anak di dunia tidak mencapai potensi perkembangan yang optimal, 43 persen di antaranya berasal dari negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah.
“Potensi perkembangan anak dipengaruhi oleh kesehatan, gizi, keamanan dan keselamatan, serta pengasuhan yang baik,” jelasnya.
Perkembangan kognitif menurutnya, merupakan serangkaian proses untuk memperoleh, menyimpan, memanipulasi, mengambil, dan memanfaatkan informasi.
“Otak memiliki tingkat plastisitas saraf yang tinggi pada dua tahun pertama kehidupan dan sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya rangsangan dari lingkungan. Pola asuh yang baik sangat penting selama periode perkembangan otak yang cepat ini,” terangnya.
Berbagai penelitian, lanjutnya, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara stunting (terutama sebelum 24 bulan) dengan defisit kognitif di kemudian hari, prestasi sekolah yang rendah, tingkat ‘putus sekolah’ yang tinggi, usia masuk sekolah yang terlambat, dan penurunan produktivitas ekonomi saat dewasa.
Lingkungan rumah dianggap penting untuk mendukung perkembangan kognitif serta sosial-emosional anak-anak.
“Perkembangan anak dalam aspek kognitif, bahasa, dan motorik pada usia dua tahun tidak semata-mata dipengaruhi oleh stunting. Hubungan yang signifikan hanya ditunjukkan oleh anak-anak yang tinggal dengan kualitas pembelajaran yang rendah atau lingkungan rumah yang kurang merangsang perkembangan,” ungkapnya.
Sebagai kesimpulan disampaikan bahwa stunting anak, kualitas lingkungan rumah yang buruk, dan kecerdasan ibu yang di berada bawah rata-rata berpengaruh terhadap perkembangan kognitif pada usia 24 bulan.
Sementara untuk anak-anak yang berada pada lingkungan rumah yang menstumulasi perkembangan dengan baik dan didukung dengan kecerdasan ibu yang memadai, perkembangan kognitif tidak dianggap berkorelasi dengan stunting.
Implikasi penelitian ini adalah: Intervensi untuk mencegah kekurangan gizi harus dimulai sedini mungkin selama masa kehamilan, Pengasuh harus diinformasikan tentang peran dalam memberikan stimulasi kognitif di lingkungan rumah untuk anak-anak, dan Pemahaman yang lebih baik tentang pola asuh dan stimulasi dalam pengaturan rumah kaitannya dengan kekurangan gizi.