FAJARPENDIDIKAN.co.id – Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin menggelar Webinar Internasional Seri 4 yang menjadi rangkaian peringatan Dies Natalis ke-38 FKM Unhas yang telah dirayakan puncak acaranya pada 7 November 2020 lalu.
Webinar yang dilaksanakan pada Sabtu 5 November2020 ini mengusung tema: “Menatap Masa Depan dari Window of Opportunity Baduta” dan terbagi menjadi dua sesi.
Pada sesi pertama menghadirkan pemateri diantaranya: Prof. Eline van der Beek dari University of Gronigen Netherland, Prof Zalilah Mohd Shariff dari University Putra Malaysia, dan Siti Muslimatun, S. Si., M. Si., Ph. D dari Indonesia International Institute of Life Science.
Sementara pada sesi kedua menghadirkan pemateri salah satunya Sri Sukotjo dari UNICEF Indonesia.
Pada kesempatan itu, Sri Sukotjo membahas tentang: “Menyusui pada Masa Pandemi”
“Praktek menyusui yang optimal yaitu kontak kulit dengan kulit, melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada satu jam pertama kelahiran, memberikan ASI eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan, dan melanjutkan pemberian ASI hingga usia dua tahun atau lebih dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang adekuat,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, sebanyak 50 persen kematian Baduta karena pneumonia dan diare serta 10 persen kematian ibu karena kanker payudara setiap tahunnya dapat dicegah dengan memberikan ASI eksklusif.
Selain itu, katanya, ASI sangat terkait dengan kemampuan kognitif, menyusui secara optimal dapat meningkatkan kecerdasan yang diukur dengan skor IQ.
“Dengan peningkatan IQ dan pendapatan per kapita, negara dapat menghemat >Rp 18 triliun. Menyusui juga dapat menghemat sekitar Rp 2-7 juta per anak selama enam bulan pertama untuk pembelian susu formula,” jelasnya.
Dalam perspektif lingkungan, katanya, pemberian ASI tidak memerlukan penggunaan gas di rumah untuk penyiapannya serta tidak meninggalkan sampah yang berasal dari kemasan.
Beberapa rekomendasi global untuk menyusui pada masa pandemi COVID-19: Hingga saat ini belum ditemukan bukti adanya virus COVID-19 dalam ASI sehingga aman bagi seorang ibu terkonfirmasi COVID-19 untuk menyusui secara langsung atau memberikan ASI perah;
Setelah persalinan, bayi diletakkan kontak kulit dengan kulit dan menyusui langsung. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) terbukti menurunkan kematian neonatal dan keuntungan tersebut secara substansial lebih besar dari potensi resiko penularan penyakit COVID-19;
Berbagai bukti menunjukkan bahwa menyusui menurunkan risiko kematian neonatal, bayi, dan anak serta meningkatkan derajat kesehatan dari bayi hingga dewasa (sepanjang kehidupan).
“Sejak Maret 2020, WHO sudah mengeluarkan rekomendasi bahwa ibu tetap harus menyusui. Terdapat penekanan bahwa sangat penting untuk menyusui sekalipun pada masa pandemi. Selain itu terdapat penelitian yang terpublikasi pada Oktober 2020 yang meyakini bahwa tidak adanya transmisi melalui ASI dari ibu ke anaknya,” jelasnya.
Rekomendasi WHO terkait kontak erat ibu bayi pada saat menyusui dibuat berdasarkan pertimbangan yang matang; tidak hanya mempertimbangkan risiko infeksi bayi terhadap COVID-19, tetapi juga risiko kesakitan dan kematian karena tidak menyusui atau karena penggunaan susu formula yang tidak tepat.
Sementara itu, berbagai rekomendasi organisasi profesi yang ada saat ini kemungkinan hanya berfokus pada pencegahan penularan COVID-19, tanpa adanya pertimbangan lebih jauh tentang pentingnya IMD dan pemberian ASI.
Menyusui pada masa pandemi dapat dilakukan dengan cara: Bersihkan Area Tempat Menyusui, Gunakan Masker Selama Menyusui, Cuci Tangan dengan Sabun setiap 20 menit
Bila ibu terduga atau terkonfirmasi sakit parah dan tidak dapat menyusui langsung dapat dilakukan dengan: ASI Perah. “Alternatif pertama adalah menggunakan tangan, sementara pompa elektrik hanya digunakan bila diperlukan. Pemilihan didasarkan pada preferensi ibu, ketersediaan alat, kondisi kebersihan, dan biaya,” jelasnya.
Memerah penting untuk menjaga produksi ASI sehingga ibu tetap bisa menyusui setelah pulih.
“Ibu dan mereka yang membantu, harus mencuci tangan sebelum memerah atau memegang pompa, wadah dan peralatan lainnya dan memastikan pompa dibersihkan setelah digunakan,” jelasnya.
Diberikan dengan menggunakan wadah/gelas dengan atau tanpa sendok yang bersih oleh pengasuh/kerabat yang tidak sakit.
Selain ASI perah, bisa juga dengan ASI donor. “Bila ibu tidak dapat memerah ASI, dan ASI donor tersedia dari Bank ASI, donor ASI dapat diberikan kepada bayi sementara ibu dalam proses pemulihan,” terangnya.
Bila ASI Perah atau ASI Donor tidak memungkinkan atau tidak tersedia, maka pertimbangkan: Ibu Susu, bila secara budaya bisa diterima, ibu dan keluarga dapat menerima adanya ibu susu; Susu formula, bila layak, disiapkan dengan tepat, aman, dan berkelanjutan.
“Bila ibu terduga atau terkonfirmasi COVID-19 susu formula tidak lebih aman untuk bayi dibandingkan ASI, selalu ada risiko terkait pemberian susu formula pada bayi baru lahir pada semua kondisi,” ungkapnya.
Manfaat menyusui secara substansial melebihi potensi risiko dari penularan berbagai penyakit akibat virus COVID-19.