Nisfu Syaban, secara awan diartikan sebagai pertengahan bulan Syaban. Hari yang menunjukkan sekitar dua minggu lagi umat Islam akan memasuki bulan Ramadan. Terkait malam Nisfu Syaban, ada beberapa hadis palsu terkait malam Nisfu Syaban.
Tahun ini, Nisfu Syaban jatuh pada Selasa malam, 7 Maret 2022. Pada malam ini umat Islam memperbanyak amalan, dengan salat, zikir, dan ibadah lain. Ustaz Adi Hidayat mengingatkan, pada malam ini dianjurkan untuk memperbanyak amalan. Namun, jangan didasari pada dalil daif, apalagi hadis palsu.
Ustaz Adi Hidayat melanjutkan penjelasannya dengan contoh hadis palsu, daif, dan sahih tentang Nisfu Syaban. “Setidaknya dari hadis-hadis yang kami dapatkan, ada satu yang kualitasnya daif, satu kualitasnya sahih, dan selebihnya palsu,” kata Ustaz Adi Hidayat mengawali penjelasannya, dikutip dari kanal Youtube Batas Narasi.
Yang pertama, contoh hadis palsu. Hadits ini terdapat pada Kitab Ibnu Majah. Dalil ini dikatakan palsu, karena perawi pertamanya, Ibnu Abi Sorbah dikenal sebagai pemalsu hadits.
“Disampaikan kepada Ali bin Abi Thalib: Apabila malam nishfu Syaban tiba, dirikanlah shalat pada malamnya dan berpuasalah pada siangnya. Siapa yang meminta ampun (pada malam ini) kepada Allah, maka Allah akan mengampuninya.” (HR. Ibnu Majah: 1/444).
Yang kedua, contoh hadis daif. Dalil ini diragukan kesahihannya. Contoh dalil ini yang terkenal adalah kisah Aisyah ra kehilangan Rasulullah di malam pertengahan Syaban. Beliau mengira, Rasulullah menginap di tempat istrinya yang lain. Padahal malam tersebut adalah gilirannya. Akhirnya Amirul Mukminin menemukan Rasulullah berada di Baqi’, nama kuburan para sahabat dan syuhada.
“Berkata Aisyah, saat itu menengadahkan wajahnya ke langit dan berkata: Hari Allah mengamati kepada manusia dan mengampuni orang-orang yang memohonkan ampunan.”
Hadis di atas disebut Ustaz Adi Hidayat daif, tetapi disahihkan oleh Syekh Muhammad Nasrudin Albany.
Yang ketiga, hadis sahih diriwiyatkan oleh Abu Musa Al Asy’ari yang ditemukan dalam kitab Syekh Muhammad Nasrudin Albany. “Allah SWT mengamati kepada hambanya di malam pertengahan Syaban dan mengampuni dosanya, meski sebanyak bulu domba.”
Hal di atas sesuai dengan hadist qudsi lain yang senada, di mana Allah mengampuni hambanya yang berdoa setiap hari di penghujung malam.
Terakhir, ada satu hadits palsu lagi yang sering dijadikan sandaran, yaitu dalil yang menyebutkan malam ini amalan ditutup. Ini tidak terjadi, karena amalan ditutup saat manusa meninggal dunia.
Pena catatan atau hisab tidak dituliskan hanya pada 3 golongan, yaitu orang anak kecil dia hingga dia baligh, orang yang hilang kewarasannya sampai dia sadar kembali, dan orang yang tertidur hingga dia bangun.
“Tidak sepenuhnya keliru melakukan amalam di pertengahan bulan Syaban. Tidak sewaranya kita melakukan amalan yang tidak ada dalil, ketentuan, dan contohnya,” pungkas Ustaz Adi Hidayat.