Harta Bisa Picu Persaingan dan Membunuh

Harta memicu persaingan untuk memperebutkannya. Akibat persaingan memperebutkan harta, antar kerabat, atau antar teman, bisa saling membunuh.

Perebutan harta juga seringkali menjadikan seorang anak kalap lalu mengusir orang tua kandungnya, menuntutnya di pengadilan dan memenjarakannya.

Akibat perebutan harta, seringkali orang lupa diri, dan tidak menyadari bahwa, sebenarnya harta tidak dibawa mati.

Jika kita cermati dengan seksama, baik.kemiskinan ataupun kekayaan, keduanya bisa jadi sumber fitnah dan bencana. Namun, di sisi yang lain juga, bisa jadi sumber kemaslahatan, serta ladang pahala.

Tergantung, bagaimana seseorang menghadapi dan menyikapinya. Sebagian orang kaya, kekayaannya adalah sumber bencana, dan fitnah yang.mengalirkan dosa mereka. Dengan kekayaan yang mereka miliki,.mereka menyombongkan diri di hadapan orang lain.

Dan sebagian orang kaya, menggunakan kekayaan mereka untuk berbuat baik dan mengumpulkan bekal untuk kehidupan abadi di akhirat. Begitu pula dengan kefakiran.

Sebagian orang.ketika ditimpa kefakiran, mereka mencuri dan melakukan perbuatan psrbuatan dosa lainnya. Bagi mereka, kefakiran menjadi sebab kesengsaraannya di akherat

Baca Juga:  Larangan Mencari-cari Kesalahan Orang Lain

Sebaliknya, sebabagian orang fakir.menghadapi kefakirannya dengan penuh kesabaran. Sifat sabar inilah yang mengekang nafsu mereka untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan.

Bagi mereka, inilah kefakiran yang menimpa, bermanfaat di akherat dan menjadi ladang pahala. Sebagian besar Nabi dan wali.adalah. Orang orang fakir. Sangat sedikit diantara mereka orang yang dianugerahi kekayaan oleh Allah Subhanahu Wataala.

- Iklan -

Bahkan Rasulullah mengabarkan kepada kita bahwa, sebagian besar penduduk surga adalah orang orang fakir. Dalam sabdanya, “Aku melihat di surga dan kebanyakan penduduknya adalah orang orang fakir.(HR. Al – Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Shallahu Alaihi.Wasallam juga bersabda, “Orang-orang fakir di kalangan Muhajirin, akan memasuki surga terlebih dahulu, sebelum orang orang kaya di kalangan mereka dengan selisih waktu 70 tabun”. (HR Abu Nu’aim).

Kefakiran Abu Hurairah

Jika seseorang dijadikan fakir, hendaklah kita meneladani sahabat Abu Hurairah. Yang kemiskinannya tidak menjadikannya lemah semangat dalam menimba ilmu kepada Rasulullah dan menghadiri majelis majekis ilmu.

Bahkan beliau sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadist. Begitu fakirnya Abu Hurairah sampai permah pingsan karena kelaparan. Begitu juga Uwais bin.Amir Al Qarani, yang merupakan sebaik baik tabiin. Begitu miskinnya, hingga keinginannya bertemu dan menimba ilmu kepada Rasulullah SAW, tidak terpenuhi.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Sabtu, 16 November 2024: Kita Masih Tetap Manusia!

Padahal beliau hidup semasa dengan Rasulullah. Beliau di Yaman dan Rasulullah di Madinah. Karena baktinya kepada ibu kandungnya, dan cinta serta rindu yang begitu mendalam.kepada Rasulullah, melalui wahyu dari Allah SWT.

Baginda Nabi bersabda, “Sesungguhnya sebaik baik tabiin adalah seorang laki laki yang bernama Uwais bin Amir dari kabilah Murad dan kabilah Qaran (HR Muslim).

Jika kita dijadikan kaya, maka hendaklah kita meneladani sahabat Nabi yang melimpah hartanya. Seperti sahabat Abu Bakar dan sahabat Utsman bin Affan radhyallahu anhuma.

Harta keduanya di jadikan infak untuk menopang dakwah Islam. Terakhir, kami tegaskan bahwa Islam sama sekali tidak melarang seseorang menjadi kaya. Yang dilarang adalah, menggunakan kekayaan untuk hal hal yang dilarang agama. (Ana)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU