Hati-Hati Faktor DNA juga mempengaruhi tingkat stres Manusia Loh, Simak Yuk!

Di sebuah kelas, dosen memberikan tugas, praktikum, dan ujian yang sama untuk semua mahasiswa. Walau bebannya tidak berbeda dan kelihatannya standar pada kegiatan perkuliahan, rupanya level stres yang dialami para mahasiswa berbeda-beda. Apa penyebabnya?

Riset eksperimental saya di Bandung menunjukkan bahwa faktor genetik merupakan salah satu elemen yang mempengaruhi kemampuan seseorang mengelola stres saat menghadapi tekanan sehari-hari.

Dengan penelusuran varian genotipe dari DNA methyltransferase 3A (DNMT3A) atau enzim yang terlibat dalam proses metilasi DNA – varian gen yang mengatur respons terhadap rangsangan stres– pada 129 subjek sehat, riset ini menunjukkan ada hubungan DNA dan stres kehidupan sehari-hari.

Ke depannya, riset model skrining ini dapat dipakai untuk menganalisis dan membantu orang-orang yang memiliki masalah kesehatan mental yang dirasa berkepanjangan. Sampai sejauh ini, riset ini merupakan yang pertama dari topik korelasi antara variasi genotipe dan tekanan psikologis di Indonesia.

Baca Juga:  Empat Manfaat Jahe yang Penting untuk Diketahui

Ini riset pendahuluan

Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan menunjukkan gangguan depresi, salah satu jenis gangguan jiwa, dapat dialami oleh semua kelompok usia. Pada rentang kelompok usia 14-24 tahun, menurut riset tersebut, gangguan depresi terjadi pada 6,2% dari populasi tersebut. Semakin tua, gangguan depresi meningkat, pada kelompok usia 75 tahun ke atas mencapai 8,9%, usia 65-75 sebesar 8%, dan usia 55-64 sebesar 6,5%.

Riset saya menjadi relevan karena tingginya angka gangguan jiwa di Indonesia. Riset pertama ini merupakan riset eksperimental dengan melibatkan 129 subjek sehat di Bandung pada 2017. Mereka berusia di atas 18 tahun, tanpa riwayat gangguan jiwa, tidak sedang dalam pengobatan antipsikotik atau antidepresan, dan tidak sedang menjalani terapi psikologis.

Baca Juga:  Pengobatan Herbal Nyeri Persendian, Otot, Kaki, dan Pinggang

Peneliti mengambil sampel darah subjek dan menguji sampel tersebut dengan tes PCR untuk melihat pola gen. Dari data itu, peneliti mendapatkan informasi distribusi subjek dengan genotipe CC (normal) sebesar 13,95%, CT (heteromutan) 81,4%, dan TT (homomutan) 4,65%. Variasi genetik berpengaruh nyata terhadap kondisi stres kehidupan sehari-hari pada subjek sehat Indonesia. Karakteristik sebagian besar subjek dengan genotipe CT dan TT diklasifikasikan dalam kondisi stres.

Untuk mencari hubungan varian genetik DNMT3A dan stres kehidupan sehari-hari peneliti menggunakan Skala Distress Psikologis Kessler (K10). Skala ini sudah dikenal sebagai kuesioner untuk menentukan tingkat stres kehidupan sehari-hari dan biasanya digunakan dalam survei kesehatan tujuan umum. Semua peserta mengisi kuesioner yang memuat 10 pertanyaan.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU