Hikmah Isra Miraj, Perjalanan Nabi Muhammad ke Langit

"Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."

Peristiwa Isra Miraj sendiri, jumhur ulama sepakat diperingati setiap tanggal 27 Rajab menurut sistem penanggalan kalender Hijirah. Untuk itulah, dibutuhkan pengonversian sistem penanggalan dari kalender Hijriah ke kalender Masehi. Hikmah Isra Miraj

Allah berfirman dalam Al qur’an dalam surat Al Israa’ 17 ayat 1

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya425) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Hikmah Isra Miraj.

Melansir laman aboutislam, Selasa (15/2/2022) tidak ada keraguan bahwa Al-Isra (perjalanan malam) diikuti oleh Al-Miraj (kenaikan ke langit) adalah salah satu mukjizat dalam kehidupan Nabi kita Muhammad. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Rajab , bulan ketujuh dalam penanggalan Hijriah, pada tahun kesepuluh kenabian Muhammad.

Dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa Rasulullah dibawa dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjid terjauh di Masjidil Aqsa di Yerusalem dengan makhluk yang disebut Al-Buraq ditemani malaikat Jibril. Di sana ia memimpin shalat berjamaah para Nabi Allah.

Kemudian Jibril membawanya ke langit di mana ia bertemu dengan para nabi Adam, Yahya, Isa, Idris, Harun, dan Musa. Di langit ketujuh, dia bertemu Ibrahim (alaihissalam).

Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat An-Najm ayat 12-18. 53.

أَفَتُمَارُونَهُ عَلَىٰ مَا يَرَىٰ.
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ.عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ.عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ.إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ.مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ.لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَىٰ

- Iklan -

Apakah kamu (kaum musyrik Makkah) hendak membantahnya (Nabi Muhammad) tentang apa yang dilihatnya itu (Jibril)?

Sungguh, dia (Nabi Muhammad) benar-benar telah melihatnya dalam rupa yang asli pada waktu yang lain, yaitu ketika di Sidratulmuntaha.

Di dekatnya ada surga tempat tinggal. Nabi Muhammad melihat Jibril ketika Sidratulmuntaha dilingkupi oleh sesuatu yang melingkupinya.

Penglihatan (Nabi Muhammad) tidak menyimpang dan tidak melampaui (apa yang dilihatnya). Sungguh, dia benar-benar telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang sangat besar. Hikmah Isra Miraj.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Kamis, 26 Desember 2024: Hidup dalam Terang

Kisah perjalanan Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra Miraj

Peristiwa Isra Miraj adalah peristiwa perjalanan malam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Perjalanan malam ini berlangsung pada 27 Rajab taun 621 M atau tahun ke-10 dari kenabian beliau.

“Isra Miraj terjadi pada tahun 621 M, atau tahun 10/11 dari kenabian (Bi’tsah). Jumhur ulama menyebutkan tanggalnya adalah malam Jumat tanggal 27 Rajab,” tulis Muhammad Sholikhin dalam buku di Balik 7 Hari Besar Islam.

Peristiwa ini merupakan mukjizat besar yang hanya dapat diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Sebab, perjalanan malam ini sangat mustahil untuk dilakukan oleh manusia pada masa sekarang.

Pakar astronomis Prof Thomas Djamaluddin menyebut dalam Pengajian Cangkrukan ITB 81, perjalanan Isra Miraj menjelaskan dua bentuk perjalanan yang dilakukan Rasulullah SAW.

Kata Isra menjelaskan perjalanan yang menembus ruang. Dalam artian, Rasulullah bisa menempuh jarak Masjidil Haram di Makkah dan Masjidil Aqsa di Palestina dalam waktu singkat.

Di sisi lain, perjalanan Miraj adalah perjalanan dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha, tempat diterimanya perintah salat. Saat perjalanan Miraj ini, Rasulullah SAW didampingi oleh Malaikat Jibril untuk menghadap Allah SWT.

Bukti Rasulullah SAW melakukan perjalanan Isra Miraj diabadikan dalam sejumlah ayat Al Quran maupun hadits. Sebagaimana disinggung dalam surat Al Isra’ ayat 1,

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Artinya: “Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”

Mengutip Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum karya Furqon Syarief Hidayatullah, dalam perjalanan Miraj inilah Rasulullah SAW pertama kalinya menerima wahyu salat dari Allah SWT.

Perjalanan tersebut harus dilalui Rasulullah dengan melewati langit yang terdiri dari tujuh lapis. Di tiap lapisan langit inilah, Malaikat Jibril memperkenalkan Rasulullah SAW pada para nabi yang mendiami tiap lapisannya. Hikmah Isra Miraj.

Baca Juga:  Rasulullah, Nabi Terakhir

Mulanya, Rasulullah SAW menghadap Allah SWT dan menerima perintah salat 50 waktu. Rasulullah SAW kemudian turun kembali hingga singgah di langit keenam bertemu dengan Nabi Musa AS.

Pada momen tersebut, Nabi Musa menyarankan keringanan jumlah salat kepada Nabi Muhammad SAW karena dirasa memberatkan umat. Mendengar hal itu, Rasulullah SAW pun kembali memohon kepada Allah SWT untuk diberikan keringanan jumlah waktu salat dalam sehari semalam.

“Sungguh umatmu tak akan sanggup melaksanakan lima puluh kali salat dalam sehari. Dan aku -demi Allah-, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelummu, aku telah berusaha keras membenahi Bani Israil dengan sungguh-sungguh. Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu,” (HR Bukhari Muslim).

Setelah mendapat keringanan 10 rakaat, Rasulullah SAW turun kembali dan bertemu dengan Nabi Musa. Nabi Musa pun lagi-lagi menyarankan hal yang sama untuk diberi keringanan lagi untuk jumlah waktu salat tersebut.

Nabi Muhammad SAW pun kembali memohon keringanan kepada Allah SWT. Hingga sampai saat ini, pensyariatan salat yang berlaku bagi umat muslim adalah salat 5 waktu dalam sehari. Cerita ini pun dikisahkan dalam hadits berikut,

هِيَ خَمْسٌ، وَهِيَ خَمْسُونَ، لاَ يُبَدَّلُ القَوْلُ لَدَيَّ”. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ: رَاجِعْ رَبَّكَ. فَقُلْتُ: اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي

Artinya: “Lima waktu itu setara dengan lima puluh waktu. Tak akan lagi berubah keputusanKu.” Rasulullah SAW bersabda, “Aku kembali bertemu dengan Musa. Ia menyarankan, ‘Kembalilah menemui Rabbmu’. Kujawab, ‘Aku malu pada Rabbku’.” (HR Bukhari)

Meskipun pada akhirnya Nabi Musa masih menyarankan hal yang sama pada Nabi Muhammad SAW, namun Rasulullah SAW merasa sudah cukup banyak meminta keringananNya. Kisah ini menjadi bukti bahwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW merupakan momen penting dalam tegaknya Islam.

Demikian Hikmah Isra Miraj dan kisah didalamnya.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU