Hubungan Kesultanan Mataram dengan VOC Renggang

Pada tahun 1641, Susuhunan Anyakrakusuma, kemudian menyandang gelar Sultan Agung Adi Prabu Anyakrakusuma.

Kesultanan Mataram di bawah kekuasaan Sultan Agung, dikenang sebagai puncak kekuasaan Mataram. Para sejarawan menganggap sebagai masa keemasan Mataram, sebelum adanya imperialisme Eropa, pada masa berikutnya.

Saat Anyakrakusuma berkuasa, tidak dikeluarkan izin bagi Serikat Dagang Hindia Timur (VOC), untuk mendirikan loji-loji dagang di pantai utara.

Hal tersebut disebabkan Anyakrakusuma tidak ingin ekonomi di pantai utara melemah jika dikuasai VOC. Penolakan izin tersebut, akhirnya membuat hubungan Mataram dengan VOC merenggang.

Baca Juga:  7 Destinasi Wisata Romantis untuk Liburan Bersama Pasangan

Pada 1641 utusan Mataram yang dikirim Anyakrakusuma ke Tanah Suci, tiba dari Mekkah. Dia membawa restu bahwa penguasa Mataram tersebut mendapat izin dari Syarif Mekkah untuk menyandang gelar “Sultan”. Gelar lengkap Islamnya, “Sultan Abdul Muhammad Maulana Mataram”.

Membangun Imogiri

Pada 1645, Sultan Agung mulai membangun Imogiri sebagai tempat pemakaman. Letak Imogiri, sekitar 15 kilometrr sebelah selatan Yogyakarta. Hingga kini, Imogiri tetap menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi sebagian besar keluarga Kesultanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Hingga sekarang, sebagai bangsawan ketutunan Mataram.

Baca Juga:  10 Destinasi Wisata Menarik di Indonesia Timur

Sultan Agung wafat di musim semi, 1645, dengan meninggalkan sebuah negara yang dibangunnya, membentang cakrawala sebagian besar Jawa, Madura dan pulau-pulau sekitarnya. (wikipedia, Lukisan Sultan Agubg Anyakrakuduma/ana)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU