Hujan dan Petrichor

Pegawai perempuan itu juga sering kali mengalaminya dan hampir tak ada cara menyiasati rindu selain dengan kembali menjenguk masa lalu.

Namun, rindu aneh macam apa yang bisa membuat seseorang mengirim sebuah kenangan? Kenangan yang katanya ia dapatkan dengan bertaruh nyawa atau berurusan dengan polisi, lalu menyimpannya di dalam botol.

Ah, barangkali si lelaki gondrong itu hanya iseng, pikirnya kemudian. Pegawai perempuan itu punya beberapa teman berambut panjang dan hampir semuanya punya kebiasaan yang sama.

Mereka senang mengkhayalkan hal-hal yang absurd, hal-hal yang tidak terpikirkan orang lain. Ya, teman-temannya itu seniman dan mereka memang punya khayalan yang lebih banyak tidak masuk akalnya bagi orang yang tidak paham seni seperti dirinya.

Ada sebuah lukisan aneh di simpang tiga jalan, sebelah barat dari kantornya. Lukisan yang dibuat beberapa lelaki gondrong. Sebuah pohon besar menjulang ke langit dengan rerantingnya yang nyaris tak ditumbuhi daun-daun. Di depan pohon gersang itu, berdiri banyak pemimpin dunia. Mereka seperti sedang membicarakan hal penting.

Atau, siapa tahu lelaki gondrong itu pernah dibuat sakit hati oleh istrinya yang memang barangkali tak serumah dengannya itu sehingga ia mau membalasnya dengan mengirim sesuatu yang aneh, yang tidak biasa, dan berbahaya. Mungkin saja itu bom waktu yang begitu tutup amplopnya terbuka, maka akan langsung meledak begitu saja.

Tubuh istrinya akan hancur berhamburan ke udara sebelum kemudian jatuh satu per satu ke tanah.

Dan si lelaki gondrong itu akan tertawa puas menonton berita pukul tujuh pagi dengan tajuk berita utama seorang wanita tewas setelah tubuhnya dihamburkan bom.

“Nona, apakah Anda mendengarku?”

- Iklan -

Pegawai perempuan itu tergeragap dan lamunannya seketika buyar.

“Oh, maaf. Siapa nama Anda?”

“Tak perlu, Nona. Istriku itu akan langsung tahu siapa yang mengirim kenangan ini. Dia sudah lama menginginkannya dan dia tentu tahu tidak akan ada orang lain yang akan mengirimkannya kenangan selain aku.”

“Maaf, tapi aturan kantor kami seperti itu.”

“Oh ya, baiklah. Hm, ya, Anda bisa menulis namaku Si Gondrong.”

“Ke mana kiriman Anda ini akan kami bawa?”

“Jalan Melati Nomor 32.”

“Satu lagi. Siapa nama kekasih Anda itu?”

“Hm, siapa ya? Oh iya, aku tahu Anda harus menulis apa. Tulis saja namanya

Kenangan.”

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU