Hukum Arisan dan Berhutang untuk Berkurban

Oleh Akhuukum Fillaah :
Abu Hashif Wahyudin Al-Bimawi

بسم الله الرحمن الرحيم
الســـلام عليــكم ورحــمة اﻟلّـہ وبركاته

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَ نَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لا نَبِيَّ بَعْدَهُ

BOLEHKAH BERUTANG UNTUK QURBAN?

Seperti yang dilakukan oleh orang saat ini dengan arisan kurban. Karena arisan sama saja dengan berutang.

Allah Ta’ala berfirman:

وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.” [Qs. Al-Hajj (22) : 36]

Ibnu Katsir mengatakan mengenai maksud “KEBAIKAN” dalam ayat tersebut, yaitu balasan pahala di negeri akhirat. Sedangkan, Mujahid mengatakan bahwa yang di maksud kebaikan di situ adalah pahala dan kemanfaatan. [Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5: 415 dan 416]

- Iklan -
Baca Juga:  Firasat Rasulullah Akan Berpisah

Jadi ayat tersebut menerangkan bahwa kurban itu akan memperoleh kebaikan yang banyak. Sehingga sebisa mungkin seorang muslim meraih kebaikan ini meski dengan cara berutang.

Sufyan Ats Tsauri Rahimahullah mengatakan: ”Dulu Abu Hatim pernah mencari utangan dan beliau pun menggiring unta untuk di sembelih. Lalu di katakan padanya, ”Apakah betul engkau mencari utangan dan telah menggiring unta untuk di sembelih…?”

Abu Hatim menjawab, ”Aku telah mendengar firman Allah:

لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ

“Kamu akan memperoleh kebaikan yang banyak padanya.” [Qs. Al-Hajj (22) : 36]” [Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 5: 415]

Untuk masalah aqiqah, Imam Ahmad berkata:

إذا لم يكن مالكاً ما يعقّ فاستقرض أرجو أن يخلف اللّه عليه ؛ لأنّه أحيا سنّة رسول اللّه صلى الله عليه وسلم

“Jika seseorang tidak mampu aqiqah, maka hendaknya ia mencari utangan dan berharap Allah akan menolong melunasinya. Karena seperti ini akan menghidupkan ajaran Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wa sallam. [Matholib Ulin Nuha, 2: 489, di nukil dari Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 30: 278]

Untuk kurban pun berlaku demikian, bisa dengan berutang.

Dalam Fatwa Islam Web no. 7198 disebutkan:

فمن كان غير واجد للمال الذي يكفي لشراء الأضحية فاشترى أضحيته بالدين المقسط، ‏أو المؤجل، لأجل معلوم، وضحى بها أجزأه ذلك، ولا حرج عليه ، بل إن من أهل العلم ‏من استحب لغير الواجد أن يقترض لشراء أضحيته، إذا علم من نفسه القدرة على الوفاء.‏
وليس من هذا الباب من كانت عنده سعة من المال، إلا أنه لا يجد الآن السيولة الكافية ‏لشراء الأضحية. فهذا مخاطب بالأضحية، لأنه واجد في الحقيقة، فعليه أن يقترض حتى ‏يضحي.‏ والله تعالى أعلم.

“Siapa yang tidak mendapati kecukupan harta untuk membeli hewan kurban, maka hendaklah ia membeli kurban dengan cara berutang (menyicil) atau di bayar pada waktu akan datang yang telah di sepakati (di janjikan). Jika seseorang berkurban dalam keadaan berutang seperti ini, kurbannya syah, tidak ada masalah baginya. Bahkan sebagian ulama ada yang menganjurkan bagi orang yang tidak mendapati harta saat berkurban supaya ia mencari pinjaman untuk membeli hewan kurban dengan catatan ia mampu untuk melunasi utangnya.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Rabu, 27 November 2024: Penahbisan Kuasa Roh

Hal ini tidaklah masuk dalam masalah orang yang tidak punya kelapangan rezeki. Namun saat ingin berkurban, ia tidak punya kecukupan harta untuk membeli hewan kurban padahal ia sudah terkena perintah Berkurban. Karena kenyataannya ia termasuk orang yang mampu. Maka saat itu hendaklah ia berutang untuk tetap bisa berkurban. Wallaahu a’lam.

Catatan untuk yang melaksanakan arisan kurban:

  1. Yang mengikuti arisan tersebut hendaknya orang yang berkemampuan karena yang namanya arisan berarti berutang.
  2. Harga kambing bisa berubah setiap tahunnya. Oleh karena itu, arisan pada tahun pertama lebih baik setorannya di lebihkan dari perkiraan harga kambing untuk tahun tersebut.
  3. Ketika menyembelih tetap mengatas namakan individu (satu orang untuk kambing atau tujuh orang untuk sapi dan unta) dan bukan mengatas namakan jama’ah atau kelompok arisan. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU