Jakarta, FajarPendidikan.co.id – Bercerita lewat film. Begitu, biasanya film dokumenter diibaratkan. Film dokumenter dibuat untuk menyampaikan fakta yang senyata-nyatanya dan disertai data yang akurat. Lalu bagaimana dengan film pendek? Ini menjadi pehatian khusus IGI Jakarta Selatan (Jaksel) dalam memberikan pelayanan kepada guru lainnya agar bisa melakukan pendekatan kepada generasi milenial secara lebih atraktif dan dinamis, sehingga harapannya para guru semakin andal dan terampil dalam pemanfaatan TIK dan menjawab tantangan zaman now.
Kenyataan, fakta, dan data. Ketiga hal tersebut jadi penting adanya dalam pembuatan film apa pun. Dan IGI Jaksel berusaha melakukan ketiga hal di atas dengan pendekatan sedekat-dekatnya. Baik kepada guru pada saat event Lomba Film Pendek 2018 IGI Jaksel yang diselenggarakan pada bulan November 2018 di SMA Pangudi Luhur waktu yang lalu atau di saat ajang Lomba Film Pendek Bondowoso (LFPB) 2018.
Nah, yang menjadi Pe-eR itu kini bagaimana cara mengawinkan ketiga hal itu. Yang sayangnya, mau tidak mau, suka ataupun tidak, prosesi kawin-mengawinkan tersebut musti dilakukan jika ingin membuat sebuah film dokumenter yang kece (baca: menarik).
Langkah konkret yang dilakukan IGI Jaksel dalam memecahkan masalah di atas adalah dengan membuat banyak pendekatan dan langkah yang sebisa mungkin efektif dan efisien. Salah satu langkah yaitu dengan banyak menggali info mengenai dunia pembuatan film pendek hingga mengikuti proses/alur saat lomba di banyak even yang diadakan di luar IGI dan dunia guru.
Festival Film Pendek Bondowoso yang pada tahun 2018 ini menginjak tahun ketiga diadakan. Even rutin untuk menggali dan mengapresiasi sineas muda dalam wadah kompetisi tingkat Nasional menjadi salah satu kegiatan yang perlu diikui oleh IGI Jaksel. Karena selain bertaraf Nasional, Bondowoso dan daerah Jawa Timur lainnya memiliki potensi sebagai “juara langganan” dalam lomba film pendek.
Tak hanya menjadi tamu undangan di event FFPB 2018, IGI Jaksel ikut berperan aktif dalam mengisi acara yaitu menampilkan pembacaan puisi berantai yang digawangi oleh Suamah, Azijah dan Asro. Penampilan trio IGI Jaksel ini makin berwarna dengan sapuan pembuka Andya, lakon pembantu dari bu hilwah dan putranya. Sontak ini menjadi warna baru dalam pengisi acara Malam Penganugerahan FFPB 2018 yang berlangsung di GOR Pelita, Bondowoso.
“Riset, riset, dan riset,” Begitu kata Mas Rizky selaku Juri dari pihak PUSTEKKOM coba menjawab. Dan, ternyata, para praktisi film dokumenter pun sepakat.
Ini merupakan suatu kebanggaan bagi IGI Jaksel tampil di malam Penganugrahan Film Bondowoso, yang di pimpin oleh Arif Firmansyah (guru SMKN 1 Bondowoso) selaku ketua panitia, acara ini juga di hadiri oleh wakil bupati Bondowoso Irvan Bakhtiar , MM. Serta Dinas pariwisata, dukungan dari wakil bupati serta dinas pariwisata merupakan angin segar bagi FFPB.
“Yah, memang nggak gampang membuat film dokumenter. Butuh akurasi dan data yang maksimal. Oiya, dan kejujuran mengungkapkan cerita tersebut ditambah selalu bersemangat saat membuatnya menjadi nilai tambah,” ucap Arif.(Rls)