Gelombang radio datang dari arah pusat galaksi Bima Sakti. Mereka menyebut perilaku emisi radio tersebut tak sesuai dengan pola sumber sinyal radio yang diketahui, ini mungkin jenis objek bintang baru.
Ziteng Wang, penulis utama studi baru di The Astrophysical Journal dan seorang mahasiswa doktoral di School of Physics di The University of Sydney, mengatakan bahwa tingkat cahaya objek bervariasi secara dramatis, sinyal hidup dan mati tampak secara acak.
“Sinyal yang paling aneh dari sinyal baru ini adalah memiliki polarisasi yang sangat tinggi. Ini berarti cahayanya berosilasi hanya dalam satu arah, tetapi arah itu berputar seiring waktu,” kata Wang.
Mereka menerbitkan makalah peer-review mereka tentang penemuan menarik di The Astrophysical Journal pada 12 Oktober lalu.
Tim awalnya mengira temuan tersebut pulsar yakni jenis bintang neutron (mati) yang sangat padat yang berputar cepat, atau jenis bintang yang memancarkan jilatan api matahari besar.
Tetapi dari jenis bintang yang diharapkan para antronomi dari sumber gelombang radio baru tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan para astronom dari jenis tersebut.
Objek yang berubah itu dinamai menurut koordinatnya di langit malam: ASKAP J173608.2-321635.
“Objek ini unik karena awalnya tidak terlihat, menjadi terang, memudar dan kemudian muncul kembali. Perilaku ini luar biasa,” kata rekan penulis studi Tara Murphy, seorang profesor di Sydney Institute for Astronomy and the School of Physics di The University of Sydney.
Objek tersebut awalnya terlihat selama survei langit menggunakan teleskop radio Australian Square Kilometer Array Pathfinder, biasa dikenal ASKAP.
Teleskop tersebut memiliki 36 piringan yang bekerja bersama sebagai satu teleskop di Observatorium Astronomi Radio Murchison, Australia Barat.
Pengamatan lanjutan dilakukan dengan teleskop radio Parkes di New South Wales dan teleskop MeerKAT milik Observatorium Radio Astronomi Afrika Selatan.
Namun, teleskop Parkes gagal mendeteksi sumbernya. Sedangkan teleskop MeerKAT berhasil menangkapnya, sinyal itu ada, meskipun terputus-putus dan berbeda, seperti dikutip dari Earth Sky.
“Kami kemudian mencoba teleskop radio MeerKAT yang lebih sensitif di Afrika Selatan. Karena sinyalnya terputus-putus, kami mengamatinya selama 15 menit setiap beberapa pekan, berharap kami akan melihatnya lagi,” kata Murphy.
“Untungnya, sinyalnya kembali, tetapi kami menemukan bahwa sifat sumbernya sangat berbeda. Sumbernya menghilang dalam satu hari, meskipun telah berlangsung selama berminggu-minggu dalam pengamatan ASKAP kami sebelumnya.”
Penemuan ini masih menjadi misteri bagi para ilmuwan. Para peneliti berencana untuk terus memantau sinyal sebanyak yang mereka bisa.
Murphy mengatakan teleskop yang lebih kuat, seperti Square Kilometre Array yang direncanakan, dapat membantu memecahkan misteri tersebut.
Array tersebut merupakan upaya internasional untuk membangun teleskop radio terbesar di dunia yang diharapkan akan selesai dalam dekade berikutnya.