Ilmuwan Memprediksi Umur Matahari, Kehabisan Bensin dan Kehabisan Energi?

Matahari, sebagai bintang yang jadi sumber energi untuk Bumi, disebut terus menerus kehilangan massa atau habis energi. Meskipun itu diprediksi masih lama, apakah ini pertanda kiamat di Bumi?

Dikutip dari Live Science, reaksi fusi nuklir yang menggerakkan Matahari mengubah massa menjadi energi mengikuti persamaan terkenal Einstein, E = mc^2 .

Karena Matahari terus-menerus menghasilkan energi, ia juga terus kehilangan massa. Para ahli memperkirakan proses ini akan berlangsung 5 miliar tahun lagi hingga benar-benar kehabisan ‘bensin’.

Selama sisa masa hidup Matahari, model bagaimana bintang berevolusi dari waktu ke waktu memprediksi Matahari akan kehilangan sekitar 0,1 persen dari total massanya sebelum mulai mati.

Brian DiGiorgio, seorang astronom di University of California, Santa Cruz, mengatakan ketika 5 miliar tahun itu habis, Matahari akan menjadi raksasa merah.

Itu berarti Matahari akan menjadi lebih besar dan lebih dingin pada saat yang bersamaan. Ketika itu terjadi, Matahari yang kita kenal sekarang tak ada lagi.

Mengutip Space, Matahari akan berubah sebagai raksasa merah yang 2.000 kali lebih terang dari sekarang. Dia akan memasuki fase tersebut setelah membakar sebagian besar hidrogen di intinya.

Baca Juga:  Mengenal Zero, Pesawat Tempur Legendaris Jepang pada PD II

Menurut NASA, Matahari akan berhenti menghasilkan panas melalui fusi nuklir sekitar 5 miliar tahun dari sekarang, dan intinya akan menjadi tidak stabil dan menyusut.

Jika Matahari meledak, semua kehidupan manusia dan tumbuhan di Bumi akan musnah. Kematian tata surya kita tidak diragukan lagi akan dihasilkan dari ledakan Matahari.

- Iklan -

Dikutip dari Science Times, para ilmuwan tidak percaya ledakan itu akan terjadi karena Matahari sangat kecil dibandingkan dengan bintang lain di galaksi. Namun, para astronom percaya supernova raksasa akan sangat langka. Matahari diperkirakan akan berakhir dengan kecepatan yang lebih lambat dan bertahap.

Menurut para ahli, Matahari pada akhir masa akan mendingin dan tumbuh lebih besar, kemudian berubah menjadi monster merah

Mitigasi di Bumi

DiGiorgio mengakui sejauh ini belum ada kesepakatan para ahli soal seberapa besar matahari akan membengkak selama fase raksasa merah itu. Menurutnya, ada perkiraan yang menunjukkan matahari akan tumbuh cukup besar hingga menelan Bumi dan menyebabkan planet berputar secara spiral dan tertelan.

Baca Juga:  PD II, Jepang Belajar Membuat Pesawat Tempur dari 4 Cara Ini

Namun, katanya, ada pula kemungkinan perluasan ukuran Matahari tidak mencapai Bumi. Artinya, Bumi masih dapat bertahan dan terus mengorbit. Masalahnya, bisa tidak Bumi bertahan tanpa energi Matahari?

“Bahkan jika Bumi bertahan, tidak ada kemungkinan manusia bisa bertahan dengannya,” kata DiGiorgio.

“Panas dan radiasi dari matahari yang merambah tidak hanya akan mendidihkan lautan dan atmosfer, tetapi mungkin juga akan mendidihkan Bumi itu sendiri,” lanjut dia.

DiGiorgio pun menawarkan dua solusi. Pertama, perlahan-lahan memindahkan orbit Bumi ke luar orbit Saturnus. Tujuannya adalah menjaganya agar tetap cukup hangat untuk bisa ditinggali seperti saat ini.

“Namun, ini sangat tidak praktis,” tukas dia.

Solusi kedua, lanjut DiGiorgio, “meninggalkan Bumi dan mencari planet atau tata surya lain untuk ditinggali.”

_____

Sumber : Cnnindonesia.com

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU